BeritaRagam

Singgasana! Keliling Kampung Tampilkan Karya Seni di Sangatta

105
×

Singgasana! Keliling Kampung Tampilkan Karya Seni di Sangatta

Sebarkan artikel ini

WARTAKUTIM.CO.ID – Ada yang lain pada malam minggu ini di Sangatta, diantara keriuhan para penggemar Sepakbola merayakan kemenangan Timnas Indonesia atas Timnas Thailand pada Piala AFF U-16. Yang mana berakhir dengan kemenangan Indonesia 4-3 (1-1) lewat adu penalti di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, pada Sabtu (11/7) malam. Yakni tampilnya anak-anak muda dalam baluran nada yang menyeruak ditengah lampu-lampu kecil pada sebuah taman padang rumput, didepan jalan masuk menuju perumahan Munthe, Sangatta Utara.

Inilah Singgasana, yakni sebuah gerakan anak-anak muda di Sangatta, yang peduli pada hasil karya seni yang berkenaan langsung dengan kondisi sosial dan kebudayaan di Kutai Timur. Singgasana merupakan kepanjangan dari “Singgah Duduk Bersama” digagas oleh Allan dan Rizky, untuk menguatkan komunitas-komunitas penggiat seni dan budaya di Kutim mampu tampil sebagai seni jalanan yang didominasi oleh semangat anak-anak muda.

Pola yang dilakukan anak-anak Singgasana ialah bagaimana menampilkan berbagai karya, dengan cara keliling dari kampung satu ke kampung lain dalam tiap minggunya. Terlebih pementasan ini murni didukung oleh semangat anak-anak muda untuk menunjukkan pada seluruh warga Kutim, bahwa anak muda Sangatta tidak berdiam diri dengan arus identitas Ibukota Negara namun juga berani membuat arus mandiri dari wilayah Ibukota Kabupaten.

“Sebenarnya pergerakan anak muda dalam wadah ini amatlah beragam, tidak saja berkutat dalam bidang sinematografi atau mungkin lebih familiar dikatakan anak-anak sebagai pembuat film. Namun sudah beranjak masuk dalam segala lini kesenian seperti film, musik, teater, hingga seni rupa,” pungkas Allan, lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogjakarta ini.

Wadah ini sendiri begitu terbuka untuk anak-anak muda. Karena itulah Singgasana tidak hanya fokus pada satu produk kreasi seni saja, tapi menyeluruh pada seni kebudayaan yang jadi kebanggaan anak-anak Kutim dalam menjaga identitasnya. Singgasana mungkin merupakan wadah yang minimalis dan apa adanya, tetapi dikomunitas inilah semua sahabat-sahabat mampu menyuarakan segala kreasi seninya dihadapan masyarakat tanpa perlu takut terpinggirkan.

Hal yang ditekankan oleh Allan ialah tanggungjawab dalam berkarya. Dimana seusai mengeluarkan film pendek berjudul “Sedeng Sang”, Ia merasa tidak boleh harus bersuka cita dengan beragam perolehan penghargaan atas karya film pendek tersebut. Namun ada keinginan kuat untuk memunculkan semangat untuk sama-sama belajar dan berkarya dengan sineas-sineas muda lainnya.

Beranjak dari hal itulah, kemudian dirinya pelan-pelan mulai merangkul anak-anak di berbagai sekolah di Sangatta, dan animonya begitu luar biasa. Selain berbagi ilmu yang telah saya dapatkan sebagai bahan dasar diskusi, praktik dalam pembuatan film makin berkembang hingga sekarang. Mengingat ide dan berbagai trik pendalaman naskah, makin tajam dengan adanya dukungan anak-abak muda lainnya di Sangatta.

“Jika saya fokus di film, maka melalui Singgasana ini saya ingin tahu bagaimana teman-teman diluar sana bergerak dan berkreasi dalam bidang film. Kita punya wadah yang namanya Singgasana, walau tidak bisa memberikan apapun. Setidaknya ketika seorang individu memiliki karya, maka bisa ditampilkan bersama-sama untuk mendapatkan feedback dari penoton hingga anak-anak yang bergiat dibidang yang sama. Untuk kemudian menjadikan karya yang ada, mampu diperbaharui agar mampu menjadi lebih baik dan lebih baik lagi,” terang Allan saat ditemui wartakutim.co.id.

Kegiatan Singgasana kali ini, adalah menampilkan karya film pendek yang dibuat oleh anak-anak pelajar SMA di Sangatta Utara. Antara lain dari SMAN I Sangatta Utara, SMAN II Sangatta Utara, SMKN I dan SMAN I Sangatta Selatan. Dimana penampilan perdana berlangsung dihadapan warga dan penikmat seni kreatif lainnya.

Rizky kemudian menambahkan jika event seperti ini sudah beberapa kali digelar olehnya dan beberapa rekan lain, namun dalam dua minggu terakhir tercetus bagaimana jika kegiatan seperti ini digabungkan dengan komunitas-komunitas lain. Agar semarak berkarya dan berkesenian sahabat-sahabat di Sangatta mampu terwakilkan dalam bentuk yang lebih komplek dan menarik untuk ditonton.

“Awalnya sahabat-sahabat kebingungan untuk menampilkan karya mereka, karena jujur selama ini tidak ada wadah berkesenian di Kutim. Maksudnya wadah yang benar-benar menggawangi seluruh keresahan anak-anak muda dalam menampilkan karya mereka. Mengingat di kota-kota lain seperti Jakarta, Bandung, Jogja, Semarang, dan Kota Malang, semua kebutuhan untuk menampilkan hasil karya seni dan budaya terwadahi dengan baik,” jelasnya.

Untuk itulah Singgasana diharapkan mampu menjawab segala keresahan anak muda di Sangatta, agar tidak mati otak alias tumpul kreasi untuk berkarya. Padahal secara kemampuan anak-anak daerah tidak kalah jauh dengan anak-anak di Ibukota.

“Potensi anak-anak Sangatta amat luar biasa, hal ini dapat dilihat dari bagaimana perkembangan musik-musik indie yang terus menggeliat didaerah ini. Walaupun sehari-hari bekerja sebagai karyawan tambang, hal ini tidak menyurutkan niat saya untuk terus berkreasi. Hal yang sama tentunya, yang dicita-citakan anak muda lainnya, untuk itu kita mengajak seluruh sahabat bergabung menampillkan karya di Singgasana,” pungkasnya sembari tersenyum. (Wars)