Berita

Bupati Ardiansyah Minta PDAM Kutim Belajar Ke PDAM Yogyakarta

321
×

Bupati Ardiansyah Minta PDAM Kutim Belajar Ke PDAM Yogyakarta

Sebarkan artikel ini

WARTAKUTIM.CO.ID SANGATTA – Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, mendorong Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tuah Benua untuk mengembangkan berbagai usaha tambahan selain dari tugas utamanya dalam menyediakan air bersih bagi masyarakat. Pernyataan ini disampaikan oleh Bupati Ardiansyah dalam kesempatan bertemu dengan media usai menghadiri silaturahmi akbar Masyarakat Paguyuban di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutai Timur pada Selasa, 16 Mei 2023.

Sejak tahun 2021, Bupati Ardiansyah telah menginstruksikan PDAM untuk merencanakan diversifikasi bisnis guna melengkapi tugas utamanya dalam melayani kebutuhan air bersih masyarakat. “Saya telah meminta PDAM untuk mengembangkan rencana bisnis tambahan, selain dari fungsi utamanya sebagai penyedia air bersih untuk masyarakat,” kata Ardiansyah.

Bupati menegaskan bahwa apabila PDAM Tirta Tuah Benua berhasil mengembangkan cakupan bisnisnya, hal ini akan memiliki dampak positif yang lebih luas dalam membantu masyarakat di Kutai Timur.

Ardiansyah mengambil contoh dari daerah lain, seperti PDAM Yogyakarta, yang telah berhasil mengembangkan bisnis air kemasan selain dari penyediaan air bersih untuk konsumen. PDAM Yogyakarta memiliki merek air kemasan sendiri yang telah diterima dengan baik di pasar Yogyakarta dan daerah lain di Pulau Jawa.

“PDAM Yogyakarta telah menciptakan bisnis air kemasan. Mereka memiliki merek tersendiri dan berhasil meraih pasar. Inilah yang saya maksudkan,” ungkap Ardiansyah.

Bupati mengingatkan bahwa PDAM Tirta Tuah Benua sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) memiliki potensi untuk mengembangkan bisnis tambahan dan tidak harus terpaku pada satu jenis pengelolaan bisnis saja.

Ardiansyah mendorong PDAM Kutim untuk mempelajari pendekatan yang telah dilakukan oleh PDAM Yogyakarta dalam mengembangkan bisnis air kemasan. Terlebih lagi, investasi yang diperlukan untuk membangun fasilitas produksi air kemasan relatif rendah.

“Dalam kasus Yogyakarta, investasinya relatif kecil. Hanya sekitar Rp3 miliar, termasuk lahan, bangunan, dan mesin produksi. Mereka mampu memproduksi ribuan hingga ratusan ribu botol air kemasan setiap hari dan sudah berhasil dijual di berbagai daerah di Yogyakarta dan luar Yogyakarta,” pungkasnya. (ADV)