Wartakutim.co.id, Sangatta – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melalui Dinas Pariwisata melakukan pengembangan kajian ilmiah, berkaitan dengan habitat Buaya Muara (Croocodylus Porosus). Mengingat daerah ini utamanya kawasan sungai-sungainya banyak yang bermuara ke tepi laut, hal ini merupakan habitat utama yang disukai oleh kawanan hewan berdarah dingin tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Nurullah menerangkan jika pihaknya melakukan kerjasana dengan Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, berkaitan dengan kajian ilmiah mengenai baiknya diapakan habitat buaya muara di beberapa lokasi di Kutim. Apakah baiknya dibiarkan begitu saja, atau perlukah dibuatkan penangkaran buaya layaknya Penangkaran Buaya Teritip Balikpapan.
“Kita ada kajian dengan Unmul utamanya Fakultas Ekonomi. terkait apakah baiknya dibuatkan penangkaran buaya, dibuatkan pola semacam apa ataukah dibiarkan begitu saja. Jika dibuat penangkaran buaya, maka tempatnya dimana,” jelas Kadispar Kutim pada Kamis (16/11/2023) kemarin disela-sela pembukaan Festival Tiga Teluk.
Hal ini diharapkan memberi alternatif cerdas terkait buaya muara Sangatta, yang memang diketahui oleh masyarakat luas di Kalimantan Timur hingga Indonesia dan bahkan dunia yang terkenal dengan keganasannya. Istilahnya binatang berdarah dingin tersebut juga merupakan salah-satu binatang yang ikonik di Kutim selain Orang Utan (Pongo Pygmaeus).
“Itulah langkah yang kita lakukan, agar ada sesuatu yang baik untuk keberlangsungan habitat buaya muara. Kutim atau Sangatta seperti yang diketahui banyak orang, ya perihal buaya muaranya. Sehingga mungkin jika ada penangkaran buaya, tentu akan lebih memiliki daya tarik yang eksotis serta mengangkat pariwisata daerah,” terang Kadispar.
Untuk itulah penting dilakukan kajian ilmiah secara ekonomi, terkait seberapa besar biaya yang dibutuhkan untuk membuat penangkaran buaya skala sedang hingga besar di Kutim.
“Itulah yang berusaha kita lakukan kajiannya. Untuk biaya kemungkinan besar jika dari Pemkab mungkin tidak sanggup. Dengan melakukan kajian ekonomis, maka kemungkinan besar pihak swasta (investor, red) tertarik untuk menginvestasikan dananya pada penangkaran buaya skala besar di Kutim,” jelas Nurullah, visioner. (Adv-War)