Berita

Satu Tahun Tuntas: Bupati Ardiansyah Komitmen Nolkan Angka Anak Tidak Sekolah Lewat Program RAD SITISEK

381
×

Satu Tahun Tuntas: Bupati Ardiansyah Komitmen Nolkan Angka Anak Tidak Sekolah Lewat Program RAD SITISEK

Sebarkan artikel ini

SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) secara ambisius menargetkan masalah Anak Tidak Sekolah (ATS) tuntas sepenuhnya dalam jangka waktu satu tahun. Komitmen tegas ini disampaikan langsung oleh Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, saat ia secara resmi meluncurkan Rencana Aksi Daerah (RAD) Strategi Anti Anak Tidak Sekolah (SITISEK).

Peluncuran program strategis yang digagas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) ini ditandai dengan pemukulan gong oleh Bupati Ardiansyah di Hotel Royal Victoria, Jumat (21/11/25). Acara ini dihadiri Forkopimda, Ketua TP PKK/Bunda PAUD Kutim Siti Robiah, perwakilan Kementerian Agama, PT KPC, hingga Dewan Pendidikan, menandakan dukungan institusional yang kuat.

Bupati Ardiansyah menguraikan bahwa kebijakan pro-pendidikan bukanlah hal baru di Kutim. Ia mengingatkan bahwa Kutim telah menerapkan amanat alokasi 20% anggaran APBD untuk pendidikan sejak tahun 2010, jauh melampaui kepatuhan banyak daerah lain pada saat itu. “Pendidikan adalah hak asasi manusia, dan itu menjadi dasar kita dalam menilai kemajuan daerah,” tegasnya.

Namun, Bupati menekankan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada validitas data. Beliau meminta Disdikbud dan tim akademisi untuk memvalidasi data ATS secara akurat di lapangan, tidak hanya mengandalkan data dari pusat yang sering tidak sesuai.

“Kita bukan Superman, bukan dukun, bukan Spiderman. Pemerintah bekerja berdasarkan data, bukan tebakan,” ujarnya. Beliau bahkan siap turun langsung: “Jika memang masih ada anak yang tidak bersekolah di Sangatta Utara, ajak saya turun langsung. Saya ingin tahu apa penyebabnya.”

Ardiansyah juga menyinggung beberapa tantangan non-teknis yang menghambat anak mengakses pendidikan:

  1. Kendala Logistik: Bupati meminta Dinas Perhubungan memastikan angkutan pelajar menjangkau wilayah terpencil seperti Himba Lestari, Wahau, dan Long Masangat.

  2. Hambatan Sosial: Kurangnya kesadaran orang tua, pernikahan usia dini, hingga persoalan pernikahan siri yang berdampak pada penerbitan akta kelahiran anak dan status kependudukan anak.

Melalui RAD SITISEK, yang merupakan langkah strategis Kutim menuju daerah inklusif, cerdas, dan berkeadilan, Bupati Ardiansyah optimis target eliminasi ATS dapat tercapai.

“Ini pekerjaan bersama. Saya yakin dengan sinergi semua pihak, kita bisa wujudkan Kutai Timur bebas Anak Tidak Sekolah,” tutupnya. (adv)