SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melalui Bupati Ardiansyah Sulaiman meluncurkan strategi khusus untuk merevitalisasi dan memperkenalkan seni budaya tutur Tarsul kepada masyarakat yang lebih luas, dengan target utama menarik minat generasi muda. Tarsul, yang merupakan warisan budaya lisan klasik khas Melayu Kutai, diyakini memiliki nilai historis, artistik, dan filosofis yang luar biasa, menjadikannya aset tak ternilai bagi identitas kultural daerah tersebut.
Bupati Ardiansyah Sulaiman menjelaskan, Tarsul memiliki kekhususan yang membedakannya dari sekadar bercerita biasa. Kesenian ini diwarnai oleh rangkaian syair-syair yang indah dan alunan vokal yang kental dengan nuansa Melayu tradisional, sebuah ciri khas yang menandakan Tarsul sebagai salah satu ekspresi budaya tertua di kawasan Kutai.
“Tarsul adalah seni budaya tutur yang kaya akan syair dan lantunan dengan ciri khas Melayu yang kuat. Kesenian ini sangat klasik dan mengandung kedalaman makna yang luar biasa,” ungkap Ardiansyah penuh keyakinan.
Meskipun diakui bahwa popularitas Tarsul di Kutim mungkin masih berada di bawah popularitasnya di Kutai Kartanegara (Tenggarong), Bupati Ardiansyah tetap optimis bahwa Kutim memiliki fondasi yang kuat untuk mengembangkan warisan ini. Langkah awal yang krusial telah diambil, yakni menginventarisasi dan menggali keberadaan para maestro atau pelantun Tarsul (yang disebut pelanduan) yang masih aktif dan tersebar di berbagai kecamatan.
“Syukurlah, setelah kita telusuri, di beberapa kecamatan seperti Bengalon, Sangkulirang, Muara Ancalong, hingga Muara Wahau, kita menemukan banyak sekali pelanduan berbakat yang secara rutin melantunkan Tarsul. Hal ini membuktikan bahwa akar budaya ini masih sangat kuat di wilayah Kutim,” jelasnya, menyoroti kekayaan budaya yang tersembunyi di pelosok daerah.
Demi memastikan warisan berharga ini tidak tergerus arus modernisasi dan dapat diakses serta dicintai oleh kaum muda, Pemerintah Kabupaten Kutim berencana menjadikan Tarsul sebagai sorotan utama dan konten inti dalam agenda festival dan kegiatan kebudayaan daerah yang akan datang. Upaya ini merupakan komitmen jangka panjang.
“Agar kesenian ini dapat dikenal oleh generasi penerus kita dan tidak hilang ditelan zaman, kami akan terus menggali potensinya, dan kemungkinan besar akan kami tampilkan secara masif dalam festival-festival yang akan datang,” tutup Ardiansyah.
Program revitalisasi Tarsul ini diharapkan dapat memperkaya khazanah budaya daerah, serta menumbuhkan rasa bangga dan kepemilikan generasi muda terhadap identitas kultural dan sejarah yang diwariskan oleh leluhurnya.(ADV)











