Sangatta,wartakutim.com – Memperingati Hari Lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang ke-56, yang digelar pada Minggu 17 April 2016 beberapa waktu lalu. Bupati Ismunandar hadir untuk membuka acara sekaligus menjadi pemateri pada Dialog Kepemudaaan, yang mengangkat tema “Gerakan Pemuda Mengawal Kebijakan Pemerintah”. Acara tersebut selain di hadiri oleh aktivis PMII Kutim, juga dihadiri oleh perwakilan organisasi kepemudaan mulai dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI), ANSOR, dan IPNU-IPPNU.
Dalam kesempatan yang sama hadir pula Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kutim yakni H. Muhammad Adam, Sekretaris Umum KNPI Kutim Bakrie Hadi, Ketua Ansor Zainul, serta Ketua Majelis Pembina Cabang (Mabincab) Haryono. Berlangsung di Gedung Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) yang terletak di jalan menuju arah Jembatan Pinang, dialog tersebut berlangsung dengan seru dan penuh semangat.
“Peranan mahasiswa untuk mengawal pembangunan merupakan suatu kewajiban, bahkan ketika ada sms alias pesan yang masuk terkait adanya kabar masyarakat yang menderita kelaparan di Long Mesangat karena gagal panen. Maka saya langsung instruksikan kepada Camat agar mencari kebenaran hal tersebut dan jangan sampai terjadi masyarakat kelaparan. Karena sebagai pemimpin, saya tidak bisa seperti Sayidina Umar bin Khatab dalam mempraktekkan pola kepemimpinan. Paling tidak, sedikit demi sedikit banyak hal yang saya terapkan dari pola kepemimpinan beliau,” ungkap Ismunandar di hadapan peserta dialog.
Pada dialog tersebut orang nomor satu di Kutim ini, mengharapkan kepada seluruh aktivis mahasiswa-mahasiswi untuk dapat memberikan masukkan, informasi, dan kritik yang membangun. Tidak ada larangan bagi mahasiswa untuk melakukan hal tersebut, karena inilah peranan pemuda. Bahkan dirinya sangat setuju jika mahasiwa mampu beperan aktif mengawal pembangunan dan pemerintahan kedepan, dengan tujuan yang positif dan saling menghormati satu sama lain.
“Kalau pemuda melempem, justru hal itu adalah aneh. Kalau katanya orang Jawa, “mending turu wae”. Atau kalau bahasa banjar, “guringan aja”. Untuk itulah maka mahasiswa diuji untuk peka melihat lingkungan dan keadaan, maka dari itu dzikir dalam PMII ialah salah satu bentuk mengasah perasaan untuk dapat peka. Sehingga saya sangat setuju jika mahasiswa mampu mengawal, mari bersama pemerintah untuk terus membangun Kutim menuju daerah yang sejahtera,” tegasnya.
Bupati Ismunandar yang pada saat mahasiswa, terkenal sebagai aktivis di salah-satu organisasi kepemudaan ini. Mengaku jika semangat mahasiswa-mahasiswi akan berbuah manis di masa mendatang, karena mereka tidak saja fokus pada pendidikan sebagai kewajiban utama. Namun mampu menyempatkan diri untuk berorganisasi, dan hal tersebut menjadi bekal utama mereka dalam menghadapi tantangan jaman.
“Tentu berbeda nantinya produk yang dikeluarkan, antara mahasiswa yang fokus pada studi saja dengan mahasiswa yang bisa membagi waktu antara studi dengan dunia organisasi. Kelak mereka akan kreatif ditengah himpitan jaman, dengan kata lain mereka yang dulunya aktif berorganisasi akan memiliki manuver luar biasa saat masuk dalam dunia kerja alias nyata,” ungkap Ismunandar bangga. (Ronall)