Berita

Visi Wisata Arung Jeram: Bupati Ardiansyah Dorong Sungai Sangatta Jadi Ikon Baru Kutim

343
×

Visi Wisata Arung Jeram: Bupati Ardiansyah Dorong Sungai Sangatta Jadi Ikon Baru Kutim

Sebarkan artikel ini

SANGATTA – Di tengah perhelatan Open Tournament Arung Jeram Dispora Cup Kutai Timur 2025, Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, mengajak hadirin untuk melihat Sungai Sangatta bukan hanya sebagai jalur air, tetapi sebagai aset ekonomi dan pariwisata. Ardiansyah menceritakan pengalamannya menjajal derasnya arus Sungai Sangatta, yang menurutnya tak kalah menantang dari lokasi arung jeram populer di Jawa dan Bali.

Bupati yang memiliki hasrat lama pada olahraga air ini mengaku sudah mencoba berbagai jeram sejak 2010. Namun, Sungai Sangatta selalu memiliki daya tarik khusus.

“Saya hampir setiap tahun melakukan arung jeram. Fun saja, tidak ikut lomba, tapi saya menikmati,” ujarnya. Dengan mata berbinar, Ardiansyah menyebut Sungai Sangatta sangat ekstrem, bahkan di beberapa titik turunan air mencapai 3–4 meter. “Luar biasa,” katanya.

Keyakinan Ardiansyah diperkuat saat Porprov 2018. Meskipun sempat ragu karena populasi buaya yang terkenal di sungai tersebut, panitia meyakinkannya bahwa satwa liar tidak muncul di titik-titik jeram deras. “Akhirnya saya ikut. Dua perahu waktu itu sebelum Porprov dimulai. Aman. Tidak terjadi apa-apa,” kenangnya

Setelah turnamen, isu rehabilitasi sungai kembali muncul. Namun, Ardiansyah justru mengarahkan pembicaraan ke hal yang lebih visioner. Ia menegaskan, fokus utama Pemkab saat ini bukan soal perbaikan fisik sungai, melainkan pemanfaatan potensi alaminya.

“Kita tidak sedang bicara soal perbaikannya. Itu kewenangannya provinsi. Hari ini kita bicara potensi olahraga, potensi wisata, dan potensi ekonomi kerakyatan,” tegasnya.

Menurut Bupati, kondisi Sungai Sangatta saat ini masih terjaga 70–80 persen. Persoalan terbesar bukan pencemaran, melainkan banjir kiriman dari hulu. Untuk itu, mitigasi jangka panjang seperti bendungan, pembuatan jalur baru, atau turap di spot tertentu harus diperkuat. Namun, ia kembali menekankan bahwa pembahasan utama adalah bagaimana mengubah potensi alam tersebut menjadi kekuatan ekonomi baru.

Ardiansyah Sulaiman, yang baru-baru ini menyusuri sendiri jalur arung jeram sejauh 12 kilometer dengan sekitar 15 jeram, semakin yakin akan prospeknya.

“Ini potensi luar biasa. Untuk olahraga, pariwisata, sampai ekonomi kerakyatan. Kalau ada komunitas yang mengelolanya dengan baik, ini bisa sangat komersial,” ujarnya.

Potensi arung jeram ini ternyata tidak terbatas di Sangatta saja. Sungai-sungai di Kombeng, Muara Wahau, Busang, dan Telen juga memiliki karakter yang sama—deras, menantang, dan penuh peluang bagi wisata minat khusus.

Menutup pidatonya, Ardiansyah melempar candaan yang disambut tepuk tangan hadirin, “Bagaimana kalau kita arung jeram lagi? Jawaban saya sederhana: siapa takut.” Candaan itu menyiratkan keseriusan seorang pemimpin yang ingin menjadikan jeram-jeram Kutai Timur sebagai ikon wisata baru Kalimantan Timur.