SANGATTA – Produksi beras lokal di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) dilaporkan masih jauh dari kapasitas yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi masyarakat daerah. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kutim, Nora Ramadani, mengungkapkan data mengejutkan bahwa hasil panen beras lokal di Kutim baru mencapai sekitar 32 ton per musim, yang merupakan jumlah yang relatif kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan pasar yang sangat besar.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Nora menyebutkan: “Produksi beras lokal sekitar 32 ton. Tapi itu tidak mencukupi untuk konsumsi masyarakat,” ujar Nora. Kondisi ini membuat Kutim sangat bergantung pada pasokan beras dari luar daerah untuk menjamin ketersediaan stok pangan.
Faktor lain yang memperburuk peredaran adalah sebagian besar hasil panen tersebut telah diambil dalam sistem blok oleh pihak tertentu. Akibatnya, hanya sekitar 10 persen dari total produksi yang benar-benar dijual di sekitar wilayah petani. Hal ini menyebabkan peredaran beras lokal di pasaran sangat terbatas dan praktis tidak mampu bersaing dengan beras dari luar daerah.
Nora Ramadani juga menyoroti dilema harga beras lokal yang justru berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) nasional. Fenomena ini bukan tanpa alasan, sebab biaya produksi di Kutim relatif tinggi dan sering dipengaruhi faktor cuaca maupun serangan penyakit tanaman.
“Mereka (petani) produksinya lebih tinggi biayanya, belum lagi kalau ada penyakit tanaman. Itu menambah pos pengeluaran,” jelasnya.
Disperindag Kutim, kata Nora, tidak bisa memaksa petani untuk menjual beras di bawah harga pokok produksi mereka. “Kami tidak bisa menekan petani untuk menurunkan harga, karena di situ sumber penghidupan mereka,” katanya.
Ia menambahkan, tingginya harga beras lokal menjadi cerminan dari tantangan besar di sektor pertanian daerah. Pemerintah daerah akan terus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian agar produksi lokal bisa ditingkatkan, sekaligus mencari solusi untuk menyeimbangkan antara ketersediaan stok pangan dan kesejahteraan petani di Kutim. (adv)











