Dapat WDP Karena Banyak Lakukan Perbaikan Manajemen

SANGATTA. Perbaikan  manajemen aset dan manajemen sumber daya manusia,  yang  dilakukan dalam tahun 2012, dianggap berhasil. Sebab dengan perbaikan yang dilakukan selama tahun itu, maka  tahun 2012,  pengelolaan keuangan Pemkab Kutim  berdasarkan hasil audit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) mendapat penilaian WDP (wajar dengan pengecualian).

“Hasil audit  jadi baik karena pemerintah  melakukan perbaikan manajemen baik manajemen  aset maupun manajemen sumberdaya manusia yang mengelola keuangan di Pemkab Kutim,” jelas Asisten III Pemkab Kutim Dr Edwar Azran.

Dalam pengelolaan manajemen aset, dikatakan bahwa  dengan pengelolaan yang baik, maka baik sumber dana, belanja pengadaan,  cara pengadaan dan penggunaan aset,  semua  diperbaiki dan dapat dipertanggungjawabkan.  Sedangkan dalam pengeloaan manajemen sumberdaya manusia,  selama ini  pihaknya terus melakukan pelatihan pengelolaan keuangan.

Hasilnya, dengan pelatihan yang dilakukan maka  pengelolaan keuangan jadi lebih baik. “Intinya, semua dari sumber daya manusia. Dengan SDM yang baik, maka pengelolaan keuangan lebih baik,” katanya.

Dijelaskan,   hasil audit  ada empat tingkatan.  Paling dibawah yakni disclamer.  Untuk disclamer,   baik sumber dana maupun belanja daerah tidak dapat dipertanggunjagawabkan.  Setelah itu, ada opini tidak wajar, yang tahun  2011 lalu berhasil diterima Pemkab Kutim.  Meskipun opini tidak wajar  sedikit lebih baik, tapi  itupun  masih banyak  masalah, baik sumber dana maupun belanja, yang tidak dapat  dinilai kewajarannya.

Sedangkan untuk wajar dengan pengecualaian (WDP), itu dianggap bagus,  meskipun masih ada masalah, namun  sumber dana dan  belanja  itu sudah dapat diuji kebenaranya. Meskipun disana masih banyak  masalah, namun itu sudah dapat dipertanggunjawabkan, dikemudian hari bisa diperbaiaki.  Sedangkan  untuk wajar tanpa pengecualian (WTP) itu sama sekali tidak ada masalah.

“Bagi pemkab Kutim cukup dengan WDP saat ini, karena ini menunjukkan perbaikan  yang terus dilakukan secara terus menerus.  Karena  tidak baik juga, kalau hasilnya WTP, sementara  dikemudian hari ternyata masih ada masalah yang ditemukan penegak hukum,” katanya.

Tapi, meskipun  tahun 2012  mendapat opini WDP, namun dikatakan  itu bukan tujuan akhir dari Pemkab Kutim. Sebab yang menjadi tujuan akhir adalah  mensejahterakan masyarakat. Namun memang ada korelasi antara  perbaikan  pengelolaan keuangan dan kesejahteraan. Sebab dengan  pengelolaan keuangan yang baik, maka  itu menunjukkan pengelolaan  APBD yang lebih baik, yang tujuannya untuk mensejahterakan rakyat.

Terkait dengan bansos, yang dicurigai sebagai biang dari bobroknya  hasil penilaian BPK selama ini, dimana tahun 2012  tidak ada bansos aspirasi yang cair sehingga ada opini WDP, Edwar membantah. Menurutnya, bukan hanya bansos yang mengakibatkan  hasil audit itu  buruk, tapi memang ada banyak masalah. Namun setelah  perbaikan manajemen, maka hasilnya memang baik.

“bansos hanya satu masalah, dari banyak masalah selama ini. Tapi dengan perbaikan manajemen aset dan sumber daya manusia, maka  hasilnya lebih baik,” katanya. (ima)