Peristiwa

Festival Media AJI Dibuka Sri Sultan Hamengkubuwono X

149
×

Festival Media AJI Dibuka Sri Sultan Hamengkubuwono X

Sebarkan artikel ini

tinjau pameranWartakutim.com | YOGYAKARTA, Pertumbuhan media massa di Indonesia semakin berkembang, terlebih-lebih tidak adanya aturan yang cukup ketat seperti era Orde Baru. Namun, pertumbuhan pers berikut media massa yang pesat itu menjadi perhatian Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri  Sultan Hamengkubuwono X.

Ketika membuka Festival Media II yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sabtu (28/9) sultan yang datang tanpa pengawalan seperti pejabat biasnya justru  mengkritik pemusatan kepemilikan perusahaan media pada segelintir pengusaha.

Mengenakan kemeja bakti, dengan datar Sultan mengaku  khawatir fakta banyaknya media massa dimiliki pengusaha karena kondisi itu menjadi  ancaman bagi masa depan pers nasional. Ditegaskan, pemusatan kepemilikan media membahayakan demokrasi di Indonesia. “Media massa merupakan alat yang mudah dipakai sebagai corong untuk pemolesan citra politikus dengan berita-berita berbau propaganda, seharusnya media tetap mematuhi kode etik dan tidak menganut ideologi oplah yang mengabaikan nurani rakyat dan hak publik memperoleh informasi yang benar,” imbuh Sultan.

Lebih jauh,  Sultan, menaruh harapan media   mampu memandu publik agar bisa memilih wakil dan pemimpin yang tepat dalam pemilu nanti. Ia menyebutkan, banyak politikus senang memanipulasi citra dengan beragam fakta buatan.

Dengan suaranya yang lemah lembut, ia menaruh harapan agar  pers yang tergabung dalam  AJI  mendorong makin banyak muncul berita-berita investigasi terutama di kasus-kasus korupsi “Wartawan jangan jadi distributor informasi saja, tapi harus berpihak pada kepentingan publik,” pesan Sultan dalam acaar yang diikuti ratusan wartawan se Indonesia itu.

Ketua AJI Indonesia, Eko Maryadi menerangkan  Festival Media II  sengaja bertemakan Mencari Kebenaran di Era Banjir Informasi tiada lain ingin membawa misi mendorong tumbuhnya media-media lokal yang independen dan berkualitas. Penyelenggaraan acara ini juga menjadi momentum untuk mengingatkan kembali kepada publik tentang kasus pembunuhan wartawan Harian Bernas, Fuad Muhammad Syafrudin alias Udin. “Sudah 16 tahun kasus ini belum terungkap, publik harus diingatkan,” sebut Eko Maryadi.(din)