“Bagi saya ini adalah rasa bangga, rasa bahagia, serta tertantang untuk bagaimana ikut serta melestarikan cagar budaya. Pada beberapa waktu lalu saat ditemukan gua tapak tangan di wilayah Sangkulirang dan sekitarnya, itu membuat khawatir saya dengan para peneliti. Mengingat pembangunan yang begitu cepat, dapat mengancam keberadaan heritage atau warisan budaya masa lalu. Maka kita tidak mau melakukan pengamanan secara khusus pada kawasan tersebut, dikhawatirkan akan menjadi rebutan masyarakat-masyarakat di sekitar cagar budaya. Kepada semua pihak, terutama aparat terkait untuk melihat lokasi-lokasi yang diamankan itu, untuk tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan tambang dan perkebunan. Karena kawasan pegunungan karst merupakan sumber utama bahan pembuatan semen, untuk itu kita harus mengamankan dan mengisolasinya, lalu Diporapar juga harus segera memetakan lokasi cagar budaya,” terang Isran Noor.
Bupati Kutim yang juga Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) menyebutkan bahwa pengamanan lokasi cagar budaya harus diamankan segera, mengingat jika tidak maka gua-gua karts itu akan hilang dari peradaban dunia. Itu merupakan sebuah dosa besar, jika tidak ditindaklanjuti dengan mengamankannya dari tangan-tangan yang tak bertanggungjawab. Situs dan Cagar Budaya ini menurut Isran Noor bukan hanya milik Kutim, namun juga merupakan milik Indonesia, serta milik Dunia.
“Bahkan saya baru mengetahui dari Kepala BPCB I Made Kusumajaya, bahwa ternyata asal-usul bangsa melayu dari Sangkulirang. umurnya ribuan tahun, tidak hilang-hilang, kalau tidak karena kebesaran dari Allah SWT itu mungkin sudah terhapus dari sejarah. ” terang Isran disambut tepuk tangan meriah para tamu undangan.
Lebih Lanjt Isran Ternyata ada sejarah umat manusia yang hidup didaerah ini, jauh sebelum bangsa ini terbentuk seperti sekarang. Bayangkan bagaimana lukisan telapak tangan di dinding gua yangJangan-jangan ini bukan kebetulan. Bisa jadi penemuan-penemuan dahsyat ini, terjadi karena kebetulan Bupatinya berasal dari Sangkulirang.
Sementara itu Ketua Panitia Pameran Cagar Budaya dan juga Dosen Arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yakni Dr Widiyanayati MA menyebutkan bahwa pameran ini bertema “Dari Tapak Purba Hingga Masa Kini
“Kami melihat kawasan Sangkulirang menjadi sebuah kawasan penting bagi warisan budaya dunia. Dimana bukan hanya untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat lokal, namun juga untuk mengabarkan pada dunia bahwa di Kutim ada sebuah kawasan yang menjadi persimpangan penting dari migrasi besar manusia purba. Bahkan menurutnya untuk Pulau Kalimantan belum ada World Heritage, jika di Jawa ada Borobudur, Prambanan hingga batik. Sehingga kawasan ini merupakan kawasan potensial yang dari 150-an gua yang menampilkan berbagai tapak cap berupa tangan manusia binatang, serta berbagai bentuk lainnya.” Katanya
“Pegunungan Karst Sangkulirang merupakan titik awal masuknya manusia ke Indonesia, bagaimana mereka bisa memiliki kemampuan untuk membuat gerabah, tulisan tangan di gua-gua. Ini yang membedakan pegunungan karst di wilayah Indonesia lainnya dengan pegunungan karst di Sangkulirang. Ini merupakan kebudayaan yang tua sekali! Untuk itu kita berusaha mengenalkan bagaimana sejarah pemebentukan karst dan sejarah manusia purba di wilayah ini. Sehingga kita mengangkat natural dan heritage dari kawasan ini, fungsi pameran ini untuk menjelaskan pada masyarakat betapa luar biasa kabupaten Kutai Timur ini,” tambahnya. (kmf3)