Peristiwa

BLH Kutim Dan PT. KPC Memantau Kondisi Udara Disangatta Pasca Kabut Asap

148
×

BLH Kutim Dan PT. KPC Memantau Kondisi Udara Disangatta Pasca Kabut Asap

Sebarkan artikel ini
Hihg Volum Sample, alat yang dipasang teknisi ITB di Bukit Pelangi untuk mendeteksi debuh dan asap
Hihg Volum Sample, alat yang dipasang teknisi ITB di Bukit Pelangi untuk mendeteksi debuh dan asap
Hihg Volum Sample, alat yang dipasang teknisi ITB di Bukit Pelangi untuk mendeteksi debuh dan asap

Sangatta,WARTKUTIM.com –. Polusi kabut asap yang melanda Kota Sangatta beberapa hari lalu, kualitas udara di Ibukota kabupan Kutai Timur itu diduga sangat buruk dan dapat menyebabkan ISPA.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kutim bekerjasama dengan PT KPC dan LAPI ITB, melakukan pemasangan alat pengukur kualitas udara yang dipasang di Bukit Pelangi, halaman TV Kutim. Pengambilan sampel udara untuk mengetahui konsentrasi partikel asap di udara Kutim.

Pengambilan sampel udara, ikut dipantau Yorden Apung dan Silvester Pantur, dua petinggi external KPC. Keduanya mendampingi tim teknis dari ITB dan pejabat BLH Kutim. Yorden menyebutkan, pemantauan kualitas udara di Sangatta dan Bengalon selalu dilakukan KPC untuk menjadi kajian dalam pengendalian dampak lingkungan.

“Kebetulan saat akan dilakukan monitoring lagi, kondisi asap pembakaran ikut mewarnai meski pada hari keempat sudah tampak berkurang,”kata Yorden.

Disebutkan, pemantauan kualitas udara dilakukan dalam waktu 24 jam dan setiap jam dilakukan evaluasi. “areal Bukit Pelangi merupakan kawasan tertinggi di Sangatta sehingga ideal untuk pemantauan.”terangnnya.

Menyinggung kapan hasil pemantauan bisa diketahui, Yorden mengakui cukup lama karena data akan diolah dengan menggunakan komputer.

Sementara Muhammad Fadli ? Kasi Penanggulangan Pencemaran Udara dan Sungai BLH Kutim menyatakan pemantauan udara memerlukan waktu dan kajian mendalam, terlibat akibat kabut asap pembakaran secara langsung bisa menganggu kesehatan masyarakat.

Karena hasilnya baru akan ketahuan seminggu kemudian, maka Fadli mengatakan hasil ini nantinya hanya akan digunakan untuk referensi dalam melakukan tindakan pencegahan ke depan terkait dengan pengelolaan lingkungan.

Sementara teknisi ITB Abdu menyatakan, alat-alat yang dipasang dapat mendeteksi konsentrasi debu termasuk asap. Alat-alat ini termasuk masih manual, sehingga hasilnya harus didapat melalui pengolahan dalam komputer.

“Kalau masalah asap, asap juga sebenarnya partikel atau debu yang ukurannya kecil yang bersumber dari pembakaran. Dari alat ini, akan dapat dilihat konsentrasi CO2, Debu pm10, pm2.5, oksidan. Namun hasilnya baru akan ketahuan seminngu kemudian,” katanya. (Ima)