Ragam

Budaya Bumbu Penyedap Sektor Pariwisata

143
×

Budaya Bumbu Penyedap Sektor Pariwisata

Sebarkan artikel ini
unnamed Mugeni
Asisten Kesejateraan Rakyat (Kesra) Mugeni nampak menaikki kepala Reog Ponorogo, saat pawai budaya berlangsung di Kutim. (NOVIANSYAH/HMS)

Sangatta, WARTAKUTIM.com — Perhelatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kutai Timur ke-15 beberapa waktu lalu selain diisi dengan berbagai kegiatan seremonial seperti upacara bendera. Dilakukan pula berbagai kegiatan yang bersifat santai dan merakyat, mulai dari pameran produk unggulan ekonomi kecil menengah terdapat pula kegiatan seperti bakar ikan bersama masyarakat kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan, hiburan musik dangdut, serta tak kalah menarik adalah pawai budaya.

Kegiatan pawai budaya merupakan kegiatan yang benar-benar melibatkan sisi emosional masyarakat Kutai Timur, mengingat sisi-sisi budaya yang ditampilkan menampilkan dasar identitas masing-masing individu. Sebagai sebuah daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Kutai Induk pada tahun 1999, Kutim merupakan wadah berkumpulnya arus massa besar dari berbagai daerah. Penduduk Kutim memiliki keanekaragaman budaya yang besar dan menjadi berkah tersendiri, karena proses asimilasi budaya terjadi begitu mudah dan penuh rasa kekeluargaan.

Asisten Kesejahteraan Rakyat Setkab Kutim Mugeni mengatakan jika pelaksanaan kegiatan pawai budaya, masuk dalam agenda HUT Kutai Timur dalam setiap tahunnya. Kenapa selalu di ikutsertakan dan masuk pada jadwal ke protokolan, ini untuk mengingatkan pada semua pihak bahwa daerah ini adalah sebuah komunitas besar masyarakat yang begitu majemuk.

“Seperti kita ketahui bersama penduduk Kutim bukan hanya berasal dari warga Kutai dan Dayak semata, tetapi ada warga-warga dari suku seperti Jawa, Bugis, Tator, Sunda, serta suku-suku lainnya. Dengan bergabungnya berbagai adat istiadat, mengakibatkan Kutim mampu menjadi besar seperti sekarang. Berbagai suku memiliki kelebihan tersendiri, dengan kelebihan-kelebihan yang ada maka menjadikan pembangunan dalam berbagai aspek dan bidang menjadi lebih cepat maju,” jelas Asisten Kesra saat ditemui belum lama ini.

Lebih jauh Mugeni mengungkapkan jika kegiatan pawai budaya yang digelar bersamaan dengan HUT Kutim, dapat memancing minat kunjungan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Mengemas kegiatan wajib HUT Kutim dengan memadukan pada kegiatan pariwisata sangatlah wajar, bahkan daerah-daerah lain di Indonesia yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai pendapatan daerah utama melakukan hal senada.

“Tidak ada salahnya, terobosan-terobosan terkait pengembangan ekonomi kreatif di bidang pariwisata. Perlu dikaji dan dikembangkan sejak dini, Kutim boleh saja menjadi daerah yang kaya dengan hasil Sumber Daya Alam yang melimpah ruah, bahkan juga untuk sekor pertanian, perkebunan, hingga kelautan. Namun inovasi sebagai salah-satu kunci bagi sebuah daerah untuk terus terdepan dalam segala bidang pembangunan, maka semua pihak harus turut berperan aktif mengaplikasikannya pada tindak nyata dilapangan. Budaya adalah bumbu penyedap yang di cari berbagai orang, baik dalam negeri maupun luar negeri,” tegas Mugeni. (Adv/kmf3)