SANGATTA. Asisten Adminitrasi Keuangan Edwar Azran mengakui pemanfaatan ekonomi sumberdaya alam yang dimiliki saat ini, belum maksimal. Bahkan, dari hasil penelitin yang dilakukan saat mengambil program S III, tentang manfaat batu bara, manfaat ekonomi batu bara, masih dibawah 30 persen dari nilai ekonominya.
“karena manfaatnya masih sangat kecil, maka perlu pondasi keilmuan, untuk mengelolannya sehingga memberikan manfaat, nilai efektif dan efisiensi yang tinggai bagi perekonomian masyarakat ,” kata Edwar, usai mengikuti seminar landasan Ekonomi di Ruang Meranti, kantor pemkab Kutim belum lama ini
Dikatakan, pondasi keilmuan, diperlukan untuk makro ekonomi, terutama ilmu terapan, yang mampu dilaksanakan untuk melakukan terobosan untuk melakukan efisiensi dalam penyelenggaran pembangunan demi efektifitas penggunaan sumber daya . Karena Sumber daya alam, sangat terbatas, sementara kebutuhan manusia tidak terbatas, karena itu perlu ilmu pengelolaan yang efisien dan efektif.
Misalnya, sumber daya alam batu bara, belum memberikan manfaat maksimal terhadap masyarakat, khususnya sekitar wilayah tambang. Sebab hanya dibawah 30 persen manfaat ekonominya yang melekat ke sistim ekomomi. baik manfaat langsung, manfaat market, manfaat turunan .
“Bahkan saya bilang hanya sampah ekonominya yang menjadi bagian masyarakat, termasuk penyakitnya, untuk masyarakat sekitar tambang. Karena tidak punya keahlian,“ jelasnya.
Dikatakan, mungkin kalau ada keahlian, manfaat ekonomi langsung akan besar. Namun fakta, semua tenaga ahli, masih didatangkan dari luar Kaltim. Karena keahlian setingkat SMK saja, masih minim di Kaltim, karena itu perusahan masih datangkan dari luar. “Jadi manfaat nasionalnya, memang besar, tapi untuk sekitar tambang, masih kecil,” katanya.
Karena tidak adanya keahlian, maka manfaat ekonominya kecil, seperti pada bengkel kecil, atau penyediaan angkutan. Sebab selain kurang tenaga ahli, masyarakat local dari segi modal, juga terbatas. Dalam kondisi seperti itu, maka kaitan langsung ekonomi dengan masyarakat, kecil.
Sementara manfaat ekonomi turunan, juga tidak banyak. Misalnya, kalau di perkebunan saat ini listrik masyarakat sekitar kebun diterima dari perusahan perkebunan, namun di perusahan Batu Bara, seperti KPC, yang begitu besar, tidak bisa memberikan listri bagi masyarakat. KPC hanya mementingkan kepentingan internal, dan karyawannya.
“Sudah lama pemkab Kutim minta listrik bagi masyarakat, tapi alasanya daya yang dihasilkan kecil. Jadi listrik yang KPC hasilkan hanya untuk kepentingan perusahannya, dan karyawannya,” katanya (Imanuel)
Oh bgtu ceritanyamantap
Berita ini perlu di konfirmasi 2 sisi. Awal tahun ini dalam rapat di DPRD, PLN menyampaikan dapat surat dari KPC untuk keterlambatan finishing PLTB Tanjung Bara yg sedang di bangun KPC. PLN menyampaikan KPC dan PLN ada MOU kerjasama jual beli listrik 1 X 18 MW. Klau ini betul tetealisasi tahun depan bisa untuk sambungan sekitar 20 Ribu rumah tangga.
Britax ga sesuai fakta….ngawor
Beritany g jelas.. tidak sesuai dengan kenyataanya..