SANGATTA–Meskipun pelaksanaan bakar ikan sepanjang 17 kilometer untuk memecahkan rekor Muri telah di batalkan oleh Pemkab Kutim dan diganti dengan membuat 50 jenis panganan dari olahan singkong gajah juga dalam rangka memecahkan rekor MURI. Namun, kegiatan tersebut masih jadi perbincangan hangat warga Kutai Timur.
Organisasi masyarakat (Ormas) Gerakan 20 Mei (G20Mei) mempertanyakaan, pernyataan pihak MURI yang disampaikan oleh Asisten IV Bidang Kesr, Drs H Mugeni yang juga selaku panitia pelaksana. MURI menyatakan, Kutim bukanlah daerah penghasil ikan, berbeda seperti daerah Maluku yang memang hasil lautnya melimpah, Mugeni disaran untuk mengubah rencana awal.
Menurut Wakil Ketua G20MEI Arham, apa yang disampaikan oleh pihak MURI, yang membandingkan Kabupaten Kutai Timur dengan Provinsi Maluku kurang tepat karena membandingkan antara kabupaten dengan provinsi. Selain itu ini termasuk menjatukan harga diri Kutim, karena Kabupaten yang memiliki garis pantai sepanjang 152 Km berpotensi menghasilkan perikanan yang sangat besar
“Saya yakin Muri belum melakukan riset yang dalam dengan mengatakan Kutim bukan penghasil ikan. Dengan panjang garis pantai 152 Km maka tentulah Kutim sangat potensial menggarap sumber daya laut dan perairannya dengan hasil tangkapan ikan,”terangnya.
Arham menambahkan, menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) tahun 2015 potensi perikanan laut Kutim mencapai 9.449,2 ton pertahun. Dan membandingkan Kutai Timur dengan Maluku tentunya kurang tepat karena membandingkan antara kabupaten dengan provinsi.
“Saya pikir panitia inkonsistensi disini. Justru harusnya dipaparkan data kepada kepada MURI dan kepada masyarakat Kutim bahwa sangat-sangat tepat Kutim melakukan pemecahan rekor MURI dengan bakar Ikan karena disamping kondisi geografisnya mendukung juga agar memancing pertumbuhan ekonomi sektor perikanan dan kelautan,”jelasnya.
Ia menambahkan, kalau soal perubahan dari bakar ikan ke Singkong gajah ini juga kurang tepat, karena bukan soal kedua kegiatan ini tidak tepat, tapi soal momen yg kurang tepat karena kondisi keuangan kita yg mengalami defisit.
“Saya pribadi sangat mendukung kegiatan Bakar Ikan dan pengolahan Singkong gajah ini untuk dilaksanakan tahun 2017 tentu dengan semangat untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di sektor kelautan, perikanan serta pertanian,”ungkapnya
Lanjut Balon Ketua KNPI Kutim ini, Kalau pun dapat rekor MURI, itu adalah bonus dari kegiatan tersebut. Kemudian terkait perayaan HUT Kutim 2016 agar dilaksanakan secara syukuran sederhana sebagai bentuk keprihatinan dan protes ke pusat karena telah berlaku tidak adil pada daerah khususnya Kutai Timur dengan adanya pemangkasan anggaran DBH.
“Substansi penolakan berbagai pihak soal bakar ikan bukan karena kegiatannya yang kurang bermanfaat tapi karena momentum yang kurang tepatkan lagi defisit. jadi kalau merubah kegiatannya kan berarti substansi masalah gak berubah,”tutupnya