WARTAKUTIM.CO.ID – Gembar-gembor mobil listrik di Indonesia telah berlangsung beberapa tahun terakhir, terobosan teknologi terus dilakukan oleh berbagai pihak hingga saat ini. Fenomena mencari sumber energi alternatif dan ramah lingkungan untuk menggantikan energi tak terbarukan seperti minyak dan batu bara, menjadi kata kunci wajib. Agar membebaskan negeri ini dari ketergantungan pada sumber-sumber energi tradisional di masa mendatang.
Keberadaan mobil listrik sebagai sebuah inovasi teknologi, selama ini cenderung di monopoli oleh masyarakat di pulau Jawa. Hal ini dikarenakan keuntungan dari segi sarana, prasarana, biaya, hingga transfer teknologi untuk riset, yang lebih jauh mudah didapatkan ketimbang di luar pulau Jawa. Maka tak salah jika kampus-kampus, sekolah-sekolah kejuruan, hingga para peneliti lebih didominasi wilayah Indonesia bagian barat tersebut. Hal ini terbukti dalam setiap pemberitaan yang muncul, baik di media cetak dan media elektronik.
Undangan yang diberikan oleh PT Kaltim Prima Coal melalui Supervisor Media Relation-nya, yakni Silvester Pantur. Terkait uji coba mobil listrik yang dibuat oleh karyawan tambang yang tergabung di Mining Support Division (MSD). Jelas-jelas mengejutkan para awak media di Kutai Timur, bagaimana tidak? Seperti dijelaskan pada dua paragraph awal tulisan ini, kecenderungan penguasaan inovasi teknologi lebih dominan dilakukan di Jawa.
Namun unjuk giginya Tim Mobil Listrik (Motrik), yang diberi tugas oleh manajemen perusahaan batu bara terbesar di Indonesia tersebut. Menggugurkan semua tesis dan pendapat, mengenai pengembangan teknologi berbasis Jawasentris. Karena proses pengembangan teknologi yang dilakukan perlahan namun pasti oleh sekelompok karyawan, yang melakukannya di sela-sela kerja normal mereka sebagai engineer dan mekanik. Merupakan kerja luar biasa, yang jelas membawa dampak pada perkembangan dunia teknologi.
Rabu (6/6) siang itu, teriakkan, “Semangat Pagi, Pagi Luar Biasa!” yang diucapkan Manajer External Relation PT KPC Yordhen Ampung, disambut balik beberapa karyawan yang ada dalam tim Mobil Listrik (Motrik). Menjadi semacam penanda, jika keberadaan mobil listrik itu benar-benar ada di Bumi Kalimantan Timur, khususnya Sangatta Kutai Timur.
Bermula di tahun 2014 ketika PT KPC mulai mengidentifikasikan potensi-potensi pemanfaatan energi terbarukan. Listrik dianggap sebagai salah-satu energi besar, yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan penerangan, menjalankan pompa air, hingga pemanfaatan lebih jauh untuk mengisi baterai mobil listrik. Kemudian hal ini diperkuat dengan pencanangan pilot project mobil listrik, dalam HSES OTP 2015. Opsi ini dipilih karena untuk mengembangkan konsep yang ada, memerlukan mobil-mobil bekas yang tidak lagi dipergunakan. Sehingga jelas memiliki syarat untuk mendukung gerakan kelestarian alam dan menjadikan energi yang lebih sehat bagi lingkungan hidup.
Seperti diterangkan oleh Sahirul Alim, salah-satu anggota Tim Motrik. Pada awalnya seluruh anggota tim sempat was-was, ketika mendapatkan mandat oleh manajemen perusahaan. Terkait tugas untuk melakukan terobosan inovasi teknologi ini. Mengingat mulai dari Wiwin Sujati yang ditugasi sebagai Project Manager, Eko Prasetyo, Oldwan Ferdalis, Suhud Maryanto, maupun dirinya. Sama sekali tidak pernah bergelut pada pengembangan teknologi kelistrikkan, apalagi membuat mobil listrik. Sehari-hari mereka lebih dekat dengan mesin dan mekanik alat-alat berat, dengan kata lain berawal dari ketidaktahuan.
“Rasa was-was tentu saja muncul dibenak kami masing-masing. Karena ini adalah proyek awal, bukan proyek turunan alias sudah ada contoh sebelumya. Walaupun memiliki dasar ilmu mesin. Tetapi untuk mobil listrik, jelas-jelaskami mulai dari nol alias tak ada pengalaman sama sekali. Apa bisa jalan atau tidak ini mobil nantinya? Alhamdulillah Mas, setelah melalui beberapa rentang waktu, mobil listrik bisa dipergunakan secara maksimal dalam waktu 3 hingga 4 jam dengan kondisi baterai penuh,” Ungkap Sahirul saat ditanya Wartakutim, sembari menuju lokasi uji coba.
Ada dua pilihan jenis mobil untuk digarap menjadi mobil listrik, yakni mobil Toyota Kijang dan Opel Blazer. Karena beberapa orang di tim tersebut, ada yang bergabung dalam komunitas pencinta mobil penggemar mobil jenis Sport Utility Vehicle (SUV) kelauran pabrikan asal Jerman. Maka pilihan tim akhirnya ditujukan pada mobil Opel Blazer keluaran tahun 1999, mengingat mudah didapatkan.
“Beberapa kawan di Tim Motrik tergabung dalam komunitas Blazer Sangatta Club. Jelas ini merupakan keuntungan tersendiri untuk mencari mobil bekas yang tidak lagi terpakai pemiliknya. Selain alasan itu, pertimbangan body mobil yang gagah dan kokoh. Makin menguatkan pilihan pada mobil tersebut, untuk kemudian digarap menjadi mobil listrik seperti sekarang ini,” papar lelaki berjenggot ini.
Baca Juga
Wartakutim.co.id, Balikpapan – Direktur Pembinaan Peran Serta Masyarakat…
Wartakutim.co.id, Samarinda – Setelah melakukan kegiatan Bimbingan teknis…
Wartakutim.co.id, Samarinda – Rapat Kerja Teknis (Rakertek) Pemberdayaan…