BeritaPolitik

Ini 4 Pertanyaan Menohok Profesor Bustanul Arifin Kepada Rusmadi-Safaruddin

224
×

Ini 4 Pertanyaan Menohok Profesor Bustanul Arifin Kepada Rusmadi-Safaruddin

Sebarkan artikel ini

JAKARTA: Ini empat pertanyaan menohok dari Prof Dr Ir Bustanul Arifin MSc kepada Cagub dan Cawagub Kaltim Rusmadi – Safaruddin pada acara “Kupas Kandidat” yang disiarkan secara nasional dari Studio TVRI Pusat Jalan Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta, Kamis (7/6/2018).

Bustanul Arifin dihadirkan TVRI sebagai salah seorang dari 4 panelis pakar dibidang masing-masing. Ahli ekonomi pertanian dari INDEF (Institute For Develoment of Economic and Finance) mendapat giliran kedua bertanya, setelah Prof Dr R Siti Juhro dari LIPI mengupas masalah demokrasi dan politik di daerah.

“Saya buka data. Tambang masih negatif. Saya apresiasi cagub dan cawagubnya karena mengatakan untuk fokus pada transportasi. Tapi, pak cagub dan cawagub, tolong jelaskan kepada kami Nilai Tukar Petani masih rendah, masih di bawah 100. Tepatnya 93. Kalau nelayan sih masih cukup tinggi. Bagaimana cara atau strategi program, jika bapak berdua ini terpilih, dalam memberikan ruang dan tempat untuk petani mendapatkan kesejahteraannya. Karena sebagian barang masih mahal. Penghasilan petani masih belum mampu menopang hidupnya. Kami ingin dengarkan hal itu?” ujar Bustanul Arifin.

Calon Gubernur Kaltim Rusmadi Wongso yang juga punya keahlian ekonomi pertanian, dengan tangkas menjawab soal nilai tukar petani yang menjadi indikator kemiskinan. Kata Rusmadi, faktor nilai tukar petani masih rendah, berarti biaya produksi lebih besar dari yang dihasilkan.

“Sehingga memang yang harus dilakukan; pertama, selain petani diharapkan mendapatkan harga terbaik terkait pemasarannya, perlu kepastian tentang pasar dari produksinya. Paling penting juga bagaimana menekan biaya-biaya produksi ini,” kata mantan Dekan Fakultas Pernanian Universitas Mulawarman Samarinda ini.

Pertama, menurut Rusmadi, mengenai tingkat produktifitas. “Jujur di Kaltim ada lahan sekitar 73 ribu hektar, dan baru 13 ribu hektar yang beririgasi. Jadi persoalan irigasi itu, mau tidak mau harus ditingkatkan luasan lahan yang dirigasi,” ujarnya.

“Kemudian soal mekanisasi, kita tak mungkin berharap produktifitas ketika soal mekanisasi belum teratasi. Tapi saya melihat dalam rangka meningkatkan produktifitas air menjadi kunci, Kalau selama ini lahan petani rata-rata hanya untuk satu kali tanam selama setahun, kita ingin meningkatkan IP (indek pertanamannya) menjadi dua kali atau tiga kali,” ujarnya.

Faktor lainnya yang menyebabkan biaya produksi petani tinggi adalah karena tidak baiknya jalan produksi. Menurut mantan Kepala Bappeda Kaltim itu jalan produksi yang buruk adalah persoalan serius yang dihadapi para petani di Kaltim.

“Saya tidak bicara kewenangan, yang sebenarnya adalah kewenangan bupati. Tetapi, ketika saya diberi amanah sebagai gubernur, insya Allah jalan produksi ini saya kerjakan. Saya akan menantang para bupati; “Bupati punya apa? Kalau punya alat persiapkan alat dong seperti hand traktor, eksavator untuk memperbaiki jalan0jalan produks,” kata Rusmadi, bersemangat.

Menurut Rusmadi yang akrab disapa Cak Rus, selama jalan produksi itu rusak, maka dapat dipastikan biaya produksi petani jadi tinggi. Baik itu untuk mengangkut sarana produksi maupun ketika menjual hasil pertanian.

Pertanyaan kedua Bustanul Arifin dimunculkan ketika secara tiba-tiba saja lulusan Doktoral University of Wisconsin-Madison, USA ini tertarik soal irigasi. “Pak cagub di mana kira-kira ada irigasi ini. Saya sudah cukup lama tidak Kaltim?” celetuknya.

Atas pertanyaan itu, Rusmadi langsung menjawab bahwa Kaltim itu punya banyak sungai. Ini adalah potensi sumber air yang sangat besar untuk irigasi.