Hipotesa sejarahnya bagaimana?
Mengelola banjir tidak bisa menengok sejarah, tapi budaya, cultur, sosial. Coba Anda cari foto foto lama Pasar Pagi sebelum kemerdekaan. Di situ sudah tergenang, pedagang-pembeli nyaman menyingsingkan pakaiannya saat belanja. Bedanya waktu itu luapan air sungai bersih dan kering saat air sungai surut. Sekarang hitam, berbau dan jadi genangan berhari hari.
Secara cultural, masyarakat Samarinda, maksudnya memang berbudaya air?
Peradaban di bumi dimulai dari air, kawasan perairan. Apakah masyarakat Samarinda merupakan komunitas perairan. Perlu dilakukan studi mendalam.
Anda setuju jika persoalaan genangan air di Samarinda itu urban social diseases?
Sangat setuju, dan tim saya sudah membuat formula vaksin sosial itu. Vaksin itu gabungan beberapa formula di antaranya, Sosio-Eco-Hydro-Cultural. Pendekatan pembangunan Kota Samarinda merupakan multi disiplin dan putra putri Kalimantan Timur mampu melakukan itu. Universitas Mulawarman itu berpotensi besar menularkan kecerdasan, sosial, kesalehan sosial. Banyak pakar di sana yang bukan sekadar faham akan karaktersitik Samarinda, tapi mumpuni, secara keilmuan.
Akan ada tim khusus untuk ini?
OPD dan badan bahkan kelembagaan sudah cukup. Hanya saja belum berfungsi maksimal. Jika persoalan genangan air adalah urban socials disease, maka vaksinnya adalah keterlibatan masyarakat. Pemerintah tidak boleh merampas paksa hak masyarakat untuk membangun. Nah Konsep sosio-Eco Hydro-Cultural ini akan menjadi vaksin ampuh. Pada dasarnya membangun, membenahi memanage Samarinda membutuhkan pendekatan sisiocultural, aspek hidrologi dan klimatologi dan yang paling penting adalah aspek ekologi. Saya yakin ekologi bisa berdampingan dengan ekonomi. Naluri air tidak boleh dipaksa mengikuti kemauan teknik, air punya kodratnya sendiri, singkatnya banjir diatasi dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Ini yang musti kita kelola. Sudah barang tentu partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Dan ini yang sulit dan butuh waktu lama untuk membangun persepsi masyarakat tentang kotanya. Membangun kesepahaman konsep penanganan genangan air antara pemerintah dan masyarakat tidak sulit, asal dilandasi dengan niat baik. Itu perlunya akselerasi program Dasacita secara utuh dan konsekuen.
Berapa lama target waktu untuk membangun The New Samarinda
Tergantung masyarakatnya. Dalam setiap kampanye dan silaturahmi dengan warga, ini yang saya tekankan. Pemerintah tidak mungkin bisa sendirian membangun. Itu sebabnya pemerintah tidak boleh menjaga jarak dengan rakyatnya. Presiden kita, Pak Joko Widodo open house dengan masyarakat bersandal jepit. Itu contoh konkrit penyatuan visi misi pemerintah. Saya ingin Samarinda, saya ingin Kalimantan Timur benar-benar menyatu dan mendengarkan aspirasi rakyatnya. #4TimMedia