Beluluh dipimpin oleh seorang belian berperan mengucapkan doa memohon kepada yang maha kuasa guna membersihkan diri dari unsur-unsur jahat, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, diluluhkan di atas buluh/bambu.
Ismunandar mengatakan pelas tanah ditahun ketiga ini wajib terus dilestarikan. Berikutnya atas nama Pemkab Kutim dirinya mengimbau untuk seluruh warga Kutim bersama-sama membangun budaya Kutim yang menjadi bagian dari adat Kukar setiap tahun.
“Kutim tidak bisa dipisahkan oleh budaya Kutai. Nah, saya harapkan pelas tanah ini bisa menjadi tradisi budaya yang mengedukasi gambaran sejarah kutai. Untuk itu warga Sangatta bisa menontong langsung, ketika pulang mereka sudah tahu apa itu beluluh, mendirikan tiang ayu, menyalakan brong, hingga acara penutup,” terangnya.
Ismu juga menambahkan pelas tanah sudah menjadi barometer daya tarik wisata Kutim untuk lebih jauh. Baik mempromosikan tradisi budaya nenek moyang hingga terdengar ke dunia internasional.(hms13)
