SANGATTA – Perhatian tumbuh kembang anak-anak dari para orang tua pada masa sekarang amatlah tinggi, tidak sedikit dari mereka yang aktifitasnya padat. Menggunakan gadget sebagai penghubung utama anak dan orang tua, selain dapat memantau anak dengan video call langsung lewat beragam aplikasi. Gadget dianggap lebih multifungsi untuk memanjakan anak, karena disana ada game-game menarik dan anak akan lebih betah dirumah dan tidak bermain keluar rumah.
Pertanyaannya, apakah anak juga mau atau dapat belajar mengaji dengan baik melalui gadget? Ia, semua bisa disediakan lewat gadget, namun dalam pilihan anak untuk mengaji lewat gadget, apakah sesuai dengan realitas yang terjadi. Tentu tidak bisa diaminkan begitu saja, perlu metode yang terlihat kuno namun efektif untuk menggiatkan semangat anak mencintai Al-quran sejak dini sembari menguatkan komunikasi sosialnya.
Keberadaan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) yang sudah menyebar merata sejak tahun 1990-an, dianggap efektif dan efisien dalam mengajarkan cara mengaji pada anak-anak melalui metode baca Iqro sebelum masuk dalam membaca Al-quran. Kecintaan yang ditumbuhkan melalui kebiasaan dan komunikasi verbal dengan ustadz dan ustadzah, serta kawan-kawan sepengajian alias TPA, makin mempermudah anak dalam mengenal Al-quran sejak dini.
Hal ini dirasakan oleh Noor Ahmad, yang anak-anaknya dididik untuk dapat mencintai Al-quran. Dengan membantu mereka masuk dalam pendidikan yang dikelola oleh TPQ. Karena dirinya meyakini bahwa dengan cara inilah, anaknya dapat cepat belajar dan memahami Al-quran sebagai pedoman. Disisi lain, dirinya menyadari bahwa ditengah kemajuan jaman dan teknologi saat ini, perlu untuk terus mendampingi pendidikan anak diluar pendidikan formal.
“Kalau ngajarin anak sendiri membaca Al-quran, bisa saja dilakukan sendiri. Namun belum tentu anak-anak menyukai metode yang saya punyai. Adanya TPQ, justru akan memudahkan anak-anak dalam mempercepat pengetahuannya untuk membaca kitab suci, sembari bermain dan bersosialiasi dengan kawan-kawannya,” jelas pria yang sehari-hari bekerja sebagai PNS ini.
Hal senada diungkapkan oleh Vina, yang mengatakan bahwa memberikan pelajaran atau pengetahuan pada anak untuk membaca Al-quran tidak bisa dilakukannya sendiri. Ditengah aktifitas padat sebagai orang tua tunggal, ia lebih memilih TPQ sebagai tempat untuk anaknya belajar mengaji, sembari berkawan dengan kawan-kawan seusianya.
“Menjelang sore, ketimbang anak bermain handphone dan menjadi tidak peduli lingkungan sosial. Saya lebih memilih untuk memasukkannya ke TPQ, agar anak saya dapat memiliki pengetahuan untuk membaca Al-quran, dan tentu ia memiliki kawan di pengajian tersebut. Sehingga waktu anak bermain handphone, dapat diatur sedemikian rupa,” ungkapnya senang.
TPQ Tashilul Qurro’ yang bertempat di Jl Yos Sudarso 2 Gg Masjid Poros RT. 15 Sangatta Utara, yang dipimpin Ketua Yayasan H. Arif Rochman mengaku bahwa mengajarkan dan mengajak anak-anak agar cinta Al-quran dilakukan untuk menumbuhkan semangat keislaman pada anak.
“Kecintaan itu dapat dibangun sejak usia dini, dimana anak harus kenal dengan Al-quran. Jika mengacu pada tingkatan pendidikan formal, sejak anak-anak berada di TK -A maka disitu sudah bisa mereka untuk mengaji di TPQ. Bahkan mengantisipasi jam belajar formal anak-anak, pihak yayasan membagi jam pembelajaran jadi dua, yakni jam 08.00-09.30 untuk pagi hari, dan jam 16.00-17.30 untuk sore hari,” jelasnya ketika menghadiri acara Khotmil Qur’an Wal Imtiha di TPQnya. (Arso)