BerauKaltim

Bupati Berau : Foto Bisa Sampaikan Sejuta Pesan untuk Perubahan

145
×

Bupati Berau : Foto Bisa Sampaikan Sejuta Pesan untuk Perubahan

Sebarkan artikel ini

Tanjung Redeb-Bupati Berau Muharram mengekspresikan kegembiraannya bahwa para relawan Photovoices Internasional dari Teluk Semanting mampu menampilkan foto yang bercerita. “Kita bersyukur pada hari ini, begitu Saya masuk ruangan, Saya tidak menyangka bahwa karya-karya mereka berkelas internasional,” ujar Bupati Muharram dalam sambutan Lokakarya dan Pameran Program Photovoices Kampung Teluk Semanting, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Tanjung Redeb, Kamis, 5 Maret 2020 

Photovoice adalah  metodologi penelitian partisipatif untuk melibatkan masyarakat dalam keputusan-keputusan yang mempengaruhi hidup mereka. Metodologi ini pertama dikembangkan oleh Caroline Wang dan Mary Ann Burris di awal tahun1990an, untuk menyediakan sebuah proses di mana masyarakat dapat mengenali, mewakili dan memajukan diri mereka melalui sebuah teknik fotografi yang sangat khusus. Kegiatan ini kemudian dikembangkan oleh Photovoices International (PVI) bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang terwakili, agar mereka dapat berinisiatif untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Pada Agustus 2019 lalu, PVI bermitra dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menerapkan program photovoices di Kampung Teluk Semanting, “Kampung ini terpilih karena komitmen penjagaan lingkungan,” ujar Maya Patriani, Koordinator Penghidupan Masyarakat YKAN, dalam kesempatan yang sama. Maya menjelaskan bahwa kampung ini, sudah mendapat pendampingan FLIM (Forum Lingkungan Mulawarman) selama tiga tahun dengan pendekatan akSi Inspiratif warGA untuk Perubahan (SIGAP). Kampung pun atas mufakat memilih 14 relawan yang dilatih langsung oleh Fotografer profesional Rizal Marlon dan Tirto Andayanto selama tiga hari. Relawan ini terdiri dari ibu rumah tangga dari anggota kelompok industri rumah tangga kerupuk dan amplang, kader Posyandu, kader PKK dan ibu-ibu yang bekerja berdampingan dengan suaminya berprofesi sebagai petani dan nelayan serta staf  Puskesmas Pembantu. Relawan juga pemuda berusia 16-23 tahun yang sehari-hari bekerja membantu orang tuanya untuk mencari ikan, kepiting, udang, bekerja di tambak, bekerja di kebun, sebagai staf kampung dan dua tenaga profesi profesional yakni pengajar SDN 001 Semanting dan petani gaharu.

Rampung pelatihan, relawan dibagi enam kelompok yang akan mencari foto-foto sesuai dengan enam isu yang menjadi tantangan warga untuk diselesaikan bersama. Warga Semanting memutuskan enam isu penting dikampungnya adalah tentang : perikanan, ekowisata mangrove dan buday tari-tarian,  air bersih, perkebunan, kesejahteraan masyarakat melalui olah raga dan kesehatan (stunting). Pada hari ini, sebanyak 41 gambar yang bercerita tentang enam isu tersebut dipamerkan di Balai Mufakat, Kompleks Kantor Bupati Berau.Tak belaka pameran, para relawan juga mempresentasikan isu dan langsung mendapatkan tanggapan organisasi pemerintah daerah terkait.. Irma Hariyanti, Bidan Kampung Semanting yang juga relawan photovoices mengatakan perlu perhatian khusus kasus stunting di Berau, karena ada kasus 1 diantara tiga anak di kampungnya mengalami stunting. Cerita stunting di Teluk Semanting, langsung mendapat tanggapan dari Dinas Kesehatan Berau bahwa penanganan stunting bisa memanfaatkan Anggaran Dana Desa dengan pengawasan warga. Cerita dari relawan Photovoices tentang maraknya penggunaan kapal pukat, bahkan mendapatkan tanggapan langsung dari Wakil Bupati Berau Agus Tamtomo. “Saya berharap bahwa pelarangan penggunaan pukat ini, sebaiknya lebih baik menggunakan cara persuasif,” kata dia. Artinya, nelayan-nelayan yang masih menggunakan pukat, diajak dan diedukasi bahwa menangkap ikan itu harus berpikir masa depan. Tidak hanya untuk keuntungan mereka saat ini, tapi juga cadangan ikan di masa depan demi anak cucu. Wakil Bupati Agus mengatakan bahwa perubahan dari nelayan sendiri jauh lebih besar dampaknya daripada upaya represif dari aparat pemerintah.

Perubahan pola pikir warga, terbukanya ruang diskusi dari foto-foto yang diambil di kampung, dan respon langsung dari organisasi pemerintah daerah adalah tujuan yang ingin dicapai program photovoices. “Kami ingin warga dapat memamerkan karyanya, publik dapat mendengar ceritanya dan masalah mereka mendapat tanggapan dari pihak terkait sehingga suara mereka masuk dalam proses pembuatan kebijakan,” ujar Direktur Eksekutif Photovoices International Tri Soekirman. Tri melihat sendiri bahwa para relawan ini bisa menjadi agen perubahan di Kampung untuk membangun kampung menjadi lebih baik. “Kepada organisasi pemerintah terkait, Saya berpesan bahwa jangan dianggap ini sekedar pameran keahlian memotret, tapi ini harus ditanggapi sebagai kegelisahan, potensi dan harapan besar warga kampung untuk bangkit,” ujar Bupati Muharram. Bupati berharap perwakilan dari dinas yang hadir bisa tersentuh batinnya dari gambar-gambar yang ada. “Saya berharap mereka tersentuh hatinya untuk menindaklanjuti gambar-gambar ini,” pesan Bupati Muharram.

Pesan Bupati Muharram tersebut, disambut komitmen Wakil Bupati Agus Tamtomo dalam penutupannya. “Acara hari ini luar biasa bagus, seharusnya musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan) itu seperti ini,” ujar dia. Ada foto yang berbicara, ada cerita dari warga dan ada keterwakilan. “Kami jadi mendapatkan gambaran lengkap, apa persoalan di kampung,” ujar Wakil Bupati Agus. Ia mengatakan bahwa komitmen warga Teluk Semanting dalam menjaga mangrove dan menjalankan program photovoice bisa menjadi contoh untuk kampung lain.