OPINI – Pilkada Kutai Timur (Kutim) 2024 diprediksi akan menjadi salah satu yang paling unik dalam sejarah pemilihan kepala daerah di daerah tersebut. Keunikan ini terletak pada fakta bahwa empat figur utama yang diperkirakan akan maju sebagai calon bupati dan wakil bupati adalah tokoh-tokoh yang sudah saling bersaing dalam Pilkada 2020 lalu.
Dengan latar belakang politik yang sudah saling mengenal kekuatan dan kelemahan masing-masing, Pilkada kali ini akan menjadi panggung yang tidak hanya menguji strategi baru tetapi juga menyelesaikan rivalitas lama.
Pada Pilkada 2020, ada tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati yang mencuri perhatian: pasangan nomor urut satu Mahyunadi-Kinsu, pasangan nomor urut dua almarhum Awang Ferdian-Uce Prasetyo, dan pasangan nomor urut tiga Ardiansyah Sulaiman-Kasmidi Bulang (ASKB).
Dalam kompetisi yang ketat tersebut, pasangan ASKB berhasil meraih kemenangan dengan 71.797 suara, setara dengan 47,19 persen dari total suara. Di posisi kedua, pasangan MAKIN memperoleh 50.050 suara atau 33,18 persen, sementara pasangan Awang-Uce berada di urutan ketiga dengan 25.289 suara atau 16,62 persen.
Menjelang Pilkada Kutim 2024, persaingan kembali menghangat dengan dua pasangan calon utama yang muncul: Ardiansyah Sulaiman-Mahyunadi (ARMY) dan Kasmidi Bulang-H. Kinsu. Uniknya, Pilkada kali ini menyajikan perubahan dalam pasangan calon dari Pilkada sebelumnya, di mana Ardiansyah Sulaiman kini berpasangan dengan Mahyunadi, sedangkan Kasmidi Bulang berduet dengan H. Kinsu. Perubahan ini menciptakan dinamika baru dan menambah kompleksitas persaingan politik di Kutai Timur.
Dinamika Pilkada Kutim 2024 tidak hanya melibatkan perubahan pasangan calon tetapi juga membawa pertarungan yang lebih seru.
Para kandidat tidak hanya membawa pengalaman dari Pilkada sebelumnya tetapi juga menghadapi basis massa yang relatif berimbang. Hal ini diperkirakan akan menambah intensitas persaingan dan menguji strategi politik masing-masing pasangan calon.
Dalam Pilkada lalu, dukungan partai menjadi faktor penting yang mempengaruhi hasil pemilihan.
Pasangan MAKIN, yang didukung hampir seluruh partai politik besar seperti Golkar, PDI Perjuangan, PAN, Gerindra, dan PKB, menunjukkan kekuatan dukungan yang signifikan. Sementara itu, pasangan ASKB didukung oleh PKS, Partai Demokrat, dan Partai Berkarya, sementara pasangan Awang-Uce didukung oleh PPP.
Menjelang Pilkada 2024, ARMY telah memastikan dukungan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Dukungan ini memberikan kekuatan tambahan bagi pasangan ini dalam menghadapi kompetisi.
Di sisi lain, pasangan Kasmidi Bulang-H. Kinsu kemungkinan besar akan mendapatkan dukungan dari Partai Golkar, PAN, Nasdem, dan Partai Gelora. Dukungan dari Partai Demokrat dan Partai Gerindra, yang merupakan partai besutan Prabowo Subianto, masih belum jelas, dan akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah dukungan politik di Pilkada kali ini.
Keberagaman dukungan partai dan perubahan pasangan calon menjadikan Pilkada Kutim 2024 sebagai ajang yang menarik untuk disaksikan.
Para pemilih akan dihadapkan pada pilihan yang kompleks, dengan kandidat yang sudah saling mengenal dan memiliki basis massa yang kuat.
Hal ini tidak hanya menambah keseruan kontestasi politik tetapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat Kutai Timur untuk memilih pemimpin yang dianggap paling mampu membawa perubahan positif.
Dengan persaingan yang semakin ketat dan dinamika politik yang terus berkembang, Pilkada Kutim 2024 dipastikan akan menjadi salah satu momen penting dalam sejarah politik daerah tersebut. Semua mata akan tertuju pada bagaimana para kandidat mengelola strategi mereka dan bagaimana dukungan partai dapat mempengaruhi hasil akhir dari pemilihan ini.
Apapun hasilnya, Pilkada kali ini akan menjadi babak baru dalam perjalanan politik Kutai Timur, yang akan mempengaruhi arah pembangunan dan kebijakan daerah di masa mendatang.
Imran Amir/Pempred Wartakutim