Cerita Masa LaluCItizen Jornalis

Rampasan Firaun: Barang Berharga yang Membisu Selama 90 Hari

223
×

Rampasan Firaun: Barang Berharga yang Membisu Selama 90 Hari

Sebarkan artikel ini

Di sebuah negeri yang subur, diapit oleh aliran sungai yang membentang hingga mata tak mampu melihat ujungnya, hiduplah rakyat yang tekun bekerja. Mereka menanam padi, menebar benih, memanen hasil bumi yang melimpah, dan membayar upeti kepada pemimpin mereka. Namun, di tengah kesejahteraan itu, perlahan-lahan muncul bayang-bayang kekuasaan yang rakus.

Sang penguasa — yang rakyatnya mulai menyebut sebagai Firaun Baru — memiliki tangan besi yang menggenggam bukan hanya tahta, tetapi juga hak-hak rakyatnya. Ia mengumumkan peraturan yang tampak sederhana di awal: barang atau hasil panen yang tidak diambil atau ditebus oleh pemiliknya dalam tiga bulan akan dianggap milik kerajaan.

Awalnya rakyat tidak merasa khawatir. Mereka percaya, waktu tiga bulan cukup untuk mengurus segala urusan mereka. Namun, sang Firaun tahu, musim kering yang panjang akan memaksa rakyat meninggalkan lumbungnya demi mencari air. Dan ketika mereka kembali, gudang-gudang mereka telah disegel.

Di pasar, rakyat berbisik-bisik. Seorang ibu tua menangis karena perhiasan pusaka warisan keluarganya diambil dengan alasan telah “terlantar” selama lebih dari tiga bulan. Seorang petani kehilangan seluruh hasil panennya, padahal ia hanya merantau sebentar demi mencari obat untuk anaknya yang sakit. Semua barang itu kini masuk ke dalam gudang istana, tak pernah kembali.

Saksi-saksi sejarah mulai menulis di lembaran-lembaran lusuh: “Inilah masa ketika penguasa memanen bukan dari ladang miliknya, tetapi dari keringat rakyatnya sendiri.”

Seperti kisah para Firaun di zaman kuno, hukum ditekuk demi menguatkan singgasana. Sang penguasa berdiri di balkon istana, memandang rakyat yang mulai tunduk — bukan karena hormat, tetapi karena takut.

Dan di bawah cahaya matahari sore yang merah darah, terdengar suara bergetar dari seorang tua:

“Setiap kekuasaan yang lahir dari keserakahan akan tumbang oleh waktu, sebagaimana Firaun Mesir yang agung akhirnya terkubur di bawah pasir gurun.”