
WartaKutim.Com…Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Para pakar baik pakar hukum, psikolog, pakar agama dan lain sebagainya selalu mengupas masalah yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus, sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit.
Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia, terutama di Kota Sangatta. Sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang, arus informasi yang semakin mudah diakses serta gaya hidup modernisasi, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat khususnya para remaja.
Dari tahun ketahun perilaku negatif pelajar di Kutim selalu beragam. Mulai dari main game dan play station saat jam pelajaran, miras hingga mengisap lem dilokasi tersembunyi yang menandakan bahwa ada pergeseran kenakalan remaja dari tahun ketahun.
Dan anehnya, perbuatan menyimpang para remaja itu ternyata tidak diketahui oleh masing-masing orangtua mereka. “Loh, anak saya kok bisa seperti ini. di rumah biasanya baik-baik saja, biasanya sepulang sekolah dia langsung pulang dan nggak pernah ngumpul sama teman-temannya”. Ucap orang tua anak yang pernah ditangani kasusnya di Kanit Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA) oleh Iptu Rina, yang dijelaskan kewartawan saat berbincang-bincang diruang kerjanya. Selasa/28/4/2015.
Lanjutnya, fenomena kenakalan remaja, makin meluas dari waktu kewaktu mulai dari melakukan pencurian, seks bebas, hingga mengisap lem yang sangat memprihatinkan. Terlebih lagi lem bukanlah untuk dikonsumsi karena sangat berbahaya dan mengandung zat-zat yang berbahaya bagi tubuh.
Ketua LMND Trisdianto berharap pemkab kutim tidak lepas tangan melihat fenomena kenakalan remaja tersebut. Ia menduga tindakan itu akibat kurang perhatian dari pihak keluarga ataupun lingkungan. “Bisa jadi orangtua sibuk mencari nafkah. Terlebih para orangtua yang tidak memiliki pekerjaan tetap,” ujarnya.
Solusinya, kata dia, meningkatkan kesejahteraan wmasyarakat agar para orangtua ada waktu memperhatikan keluarga. “Jika para orangtua tak pontang panting membanting tulang mencari nafkah, tentu punya waktu mengontrol anak-anaknya”. Ujarnya
Tambahnya, jangan salahkan dunia pendidikan. Kita semua memiliki tanggung jawab terhadap generasi muda yang nantinya menjadi generasi penerus pembangunan bangsa ini. Mereka adalah harapan kita di masa datang. (bnr)