SANGATTA. Ketua Organda Kutim Abdul Haris alias Ollang mengkritik jumlah travel yang beroperasi di Kutim yang saat ini sudah mencapai 23 perusahan. Sebab, akibat jumlah travel yang dinilai tidak terkendali itu, maka terminal yang dibangun pemerintah, tidak bermanfaat lagi, karena tidak digunakan maksimal.
“kami minta agar Dinas Perhubungan melakukan suvey terlebih dahulu sebelum memberikan izin operasi terhadap travel. Sekarang ini di Sangatta terdapat 23 travel. Jumlah ini sangat tidak ideal, dengan jumlah penumpang. Akibatnya, tidak banyak lagi mobil yang masuk terminal. Kalau seperti ini, sama saja dengan membinasakan usaha pengusaha angkutan umum yang sudah lama operasi. Unjung-ujungnya, kalau seperti ini, bisa jadi nantinya, pengusaha angkutan umum juga mengunakan angkutan plat hitam nantinya, seperti travel,” kata Ollang, dalam coffee Morning dua hari lalu di kantor Bupati Kutim.
“Karena itu, kalau memang tidak digunakan lagi secara maksimal, untuk apa bangun terminal yang dibiayaai dari APBD dengan mahal-mahal,” lanjut Ollang.
Terkait dengan keluhan organda, Kepala Dinas Perhubungan Kutai Timur Johansyah Ibrahim pada wartawan mengatakan, keberadaan travel tidak bisa dihindari. Yang penting, mereka memberikan pelayanan terbaik bagi warga.
“Terminal itu kan untuk penumpang angkutan umum. Yang mau naik travel, itu pilihan. Tidak bisa dilarang. Sama dengan taksi graf di Jakarta, kan tidak bisa dilarang. Karena itu pilihan, meskipun masyarakat bayar mahal, tapi karena layanannya bagus, tetap dipilih masyarakat,” katanya.
Terkait masalah izin yang dikeluarkan bagi travel, diakui Johansyah, dari 23 travel yang beroperasi di Kutim, hanya 5 yang izinnya dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Kutim. Lainnya, itu dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan kaltim, sesuai dengan regulasi.
“Jadi travel itu semua punya izin. Untuk angkutan antara kota, izinnya yang keluarkan adalah provinsi,” katanya.
Soal jaminan keselamatan penumpang, menurut Johansyah, semua travel mengasuransikan penumpangnya pada Jasa Raharja. “Pasti diasuransikan. Karena kalau ada kecelakaan, kan pengusahanya yang tanggung kalau tidak diasuransikan. Tapi kalau diasuransikan, itu yang tanggung asuransi. Jadi bodoh pengusaha itu kalau tidak asuransikan penumpangnya di Jasa Raharja,” katanya.(imanuel)
Leave a Reply