WARTAKUTIM.COM, SANGATTA – Pemerhati Perempuan dan Anak Kutai Timur, Mariana, SH, merasa prihatin terhadap beberapa kasus kekerasan seksual anak di bawah yang pernah terjadi di beberapa kecamatan diwilayah tersebut.
Dikatakannya, kasus terhadap anak di Kutim, sangat memprihatinkan, terlebih lagi banyak kasus kekerasan seksual terjadi di pelosok-polosok desa wilayah Kutim yang minim akan informasi. Pihaknya mengaku, jika selama ini ia selalu diminta untuk menjadi pendampingi dalam penyelesaian kasus kekerasan terhadap anak.
“Saya sebagai pemerhati perempuan dan anak, hal-hal yang beginilah (Kekerasan anak), sering melakukan sosialisasi di pelosok-pelosok desa. Bukan hanya sosialisasi seremonial, tetepi kami juga melakukan pendekatan langsung baik terhadap korban. Dan tidak hanya dilakukan di ibukota kabupaten semata, namun juga dipelosok desa”katanya.
Menurut Ia, kasus kekerasan perempuan dan anak bukan sebagaian besar terjadi di kota seperti Sangatta. Namun banyak kejadian juga terjadi di pelosok-pelosok desa yang ada di wilayah Kutim.
“Karena kejadian ini bukan hanya banyak terjadi di kota. Namun, kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak lebih banyak lagi terjadi di kampung-kampung yang kurang teknologi dan informasi,”ungkapnya
Dikatakannya, kebanyakan kasus kekerasan anak terjadi di pelosok desa yang melibatkan bapak tiri dengan anak tirinya. Seperti yang belum lama ini terjadi di kecamatan Telen, seorang siswa berusia 12 tahun digarap oleh bapak tirinya. Hal yang sama juga terjadi di kecamatan Muara Bengkal, serta beberapa desa dengan kasus yang sama.
“Sampai sejauh ini sudah ada 4 kasus yang sudah saya dampingi. Yang lebih parah lagi dari keempat kasus itu ada juga kasus yang bapak kandung melakukan kekerasan terhadap anaknya.”katanya.
Lebih jauh dia mengatakan, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kutim, jangan hanya melakukan sosialisasi di Sangatta atau ibukota kecamatan, tapi juga harus aktif untuk melakukan sosialisasi di pelosok-pelosok desa yang sangat minim dengan teknologi informasi.
“Sebaiknya, P2TP2A Kutim melakukan sosialisasi ke kampung-kampung. Dan Jangan hanya sosialisasi saja, tapi juga harus mendatangi korban serta mendata keluarga yang ada di kampung-kampung. Saya sebagai Volunteer, menganggap ini penting, karena ini akan lebih menyentuh dan menghibur korban untuk kembalikan mentalnya, ”katanya.
Seperti yang sudah kami lakukan, sebagai Volunteer, kami selalu mendatangi korban dan memberikan semangat. Apalagi kepada korban anak dibawah umur yang masih berstatus sebagai pelajar. Kami juga memberikan berupa kenang-kenang terhadap korban, agar mereka mau tetap bersekolah,”pangkasnya