SAMARINDA : Dasacita yang tertuang dalam “Kaltim Bermartabat” menarik perhatian para pakar, praktisi, dan kalangan akademisi lokal. Satu persatu program kerja cagub Kaltim Rusmadi Wongso dan cawagub Kaltim Irjen Pol (Purn) Safaruddin, ditelisik habis-habisan untuk mencari jawaban; sejauh mana logic program and realistic work ini terjadi.
Sebelumnya, Prof Bernatal Saragih melansir analisis program “Kaltim Bermartabat” yang dianggap masuk akal dan bisa diimplementasikan. Kali ini, pandangan optimis muncul dari Thomas Hutauruk, akademisi bidang lingkungan.
Thomas, kandidat Doktor Ilmu Kehutanan ini, mengaku telah menganalisa program kerja semua paslon di Pilgub Kaltim yang bersinggungan dengan lingkungan. Kaltim Bermartabat, ucapnya, punya sense berbeda. Sebab, langkah penyelamatan lingkungan dibarengi dengan penyelamatan SDM.
“Dasar pemikiran ini unik menurut saya. Misalnya ada lahan yang rusak, kemudian dipulihkan seperti sedia kala. Tapi tidak lantas kemudian clear. Next step adalah memberdayakan lahan itu menjadi sumber pencarian baru bagi masyarakat. Ini kan namanya menyelamatkan masyarakat,” urainya dalam wawancara dengan Wartawan, Rabu (23/5/2018).
Thomas mengungkapkan, konsepsi “Kaltim Bermartabat” yang didesain untuk menjawab tantangan APBD Kaltim 5 tahun mendatang patut ditunggu. Sebab, dalam sejumlah kesempatan, Thomas mengutip pernyataan Rusmadi dan Safaruddin yang menjamin pemberdayaan masyarakat tak sekadar cuap-cuap.
“Kalau cermat, masyarakat bisa mengetahui bahwa program Kaltim Bermartabat diimplementasikan untuk mengurangi presure di APBD dan sebaliknya menjadi potensi memberikan kontribusi dan income baru di APBD,” katanya.
“Pola ini tentu baru di Kaltim, karena nyaris semua program kerja bertumpu pada APBD, kecuali program mereka (Rusmadi-Safaruddin, Red.),” timpal Thomas.
Selain itu pula, menilik eksistensi pelbagai perusahaan yang telah beroperasi di Kaltim selama puluhan tahun, Rusmadi-Safaruddin dianggap cermat dalam membangun satu persepsi tentang pembangunan Kaltim.
“Selama ini pemerintah dan perusahaan sering tidak sejalan. Penggunaan CSR contohnya, kadang tidak selalu botton up. Dalam konsep dasar CSR, saya melihat pak Rusmadi dan pak Safaruddin ingin memberikan solusi terhadap kebutuhan masyarakat, bukan keinginan masyarakat,” ulasnya.
Secara konseptual, ujar Thomas, muara dari Kaltim Bermartabat adalah pemberdayaan maksimal di tingkat grassroot.
ISU LINGKUNGAN
Selain tema ‘pemberdayaan masyarakat’, tema yang membahas isu lingkungan di dalam “Kaltim Bermartabat” juga patut dikritisi. Thomas Hutauruk, pakar lingkungan Kaltim menyebut, isu lingkungan menjadi satu dari sekian banyak problem Kaltim hari ini. Kerusakan akibat konsesi pascatambang –contohnya– di pelbagai kabupaten/kota, berbanding lurus dengan kondisi terkini di ibukota Kaltim –Samarinda.