KaltimKukarNasionalRagam

Erau Adat Kutai! Ajang Perkenalkan Kopi Robusta Asli Tanah Kutai

383
×

Erau Adat Kutai! Ajang Perkenalkan Kopi Robusta Asli Tanah Kutai

Sebarkan artikel ini

 

WARTAKUTIM.CO.ID – Pembukaan Erau Adat Kutai & Internasional Folk Art Festival 21-29 Juli 2018, di Tenggarong Kutai Kartanegara, menghadirkan banyak kegiatan yang tentu ditunggu-tunggu oleh wisatawan dalam negeri dan luar negeri. Agenda-agenda menarik mulai dari Kirab Budaya, Internasional Folk Art, Expo Seni dan Kerajinan, Upacara Adat Kesultanan, serta berbagai kegiatan yang menyemarakkan hajatan Erau yang rutin dilaksanakan setiap tahun sekali.

Namun dibalik itu semua, ada hal yang menarik pada saat pembukaan Expo Seni dan Kerajinan di Stadion Rondong Demang pada Minggu (22/7) siang berlangsung. Ketika Putra Mahkota Kesultanan Kutai Ing Martadipura Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat dan Plt Bupati Kukar Edi Damansyah, mampir di stand milik Dinas Perkebunan. Aroma kopi menghentikkan langkah kedua pemimpin tersebut, untuk mencicipi cita rasa kopi robusta hasil panen petani Desa Jonggon, Kecamatan Loa Kulu.

Putra Mahkota benar-benar menikmati kopi tersebut. Hingga bertanya langsung pada Muhadi Adhiyatma, seorang Barista yang memulai tradisi seduh kopi Manual Brewing pertama kali di Kabupaten Kutai. Beliau benar-benar tertarik atas kerja anak muda dan petani lokal, yang mampu berkolaborasi dengan Dinas Perkebunan untuk mengenalkan identitas kultur kopi lokal pada masyarakat ini.

“Kopi ini nikmat sekali, pas sekali dilidah. Saya penasaran dari mana kopi ini berasal? Selain itu varietas dan bagaimana kopi jenis ini dapat cocok dibudidayakan di Tanah Kutai Kartanegara. Dan bagaimana kopi ini dapat dikolaborasikan dengan semangat wiraswasta anak-anak muda,” tanya Beliau sembari menunjukkan ekspresi bangga atas produk unggulan perkebunan, yang dipamerkan tersebut.

Muhadi Adhiyatma mengatakan jika kopi yang diminum oleh Beliau dan Plt Bupati Edi Damansyah, merupakan kopi varietas robusta yang ditanam petani lokal bernama Pak Jilin di Jonggon, Loa Kulu. Soal kolaborasi menggiatkan petani lokal untuk tampil percaya diri dengan tanaman kopi asli Tanah Kutai, menurut Muhadi diprakarsai oleh para penikmat kopi di Moe Kopi & Tea yang terletak di Jalan Pesut, Rapak Mahang Tenggarong.

“Kopi Robusta Jonggon atau yang sering diplesetkan namanya menjadi Jiliniesia Kutai Coffee, sebenarnya didapatkan secara tidak sengaja. Hal ini bermula dari keinginan anak-anak di Moe Coffe & Tea, agar mencari kopi lokal asli Tanah Kutai. Mengingat lidah kawan-kawan sudah terbiasa dengan berbagi varietas kopi robusta dan arabica asal Sulawesi, Jawa, Bali, hingga Aceh. Sehingga muncul rasa experience untuk mencari kopi lokal, dan disitulah kemudian ditemukan kebun kopi kecil ditengah-tengah kebun sawit milik Pak Jilin,” terang Barista yang pernah belajar di Kopi Aroma Bandung ini.

Minum kopi tidak saja sebatas menikmati aroma kopi untuk diciumi sembari menenangkan diri hingga cita rasa yang di seruput tipis-tipis. Namun sudah melangkah jauh menjadi penguat identitas kultur dan budaya, dengan basis geografis. Untuk itulah pada Erau Adat Kutai & Internasional Folk Art Festival 2018, diperkenalkanlah Kopi Robusta Jonggon kepada publik. Kopi yang sebenarnya telah mengakar lama di Tanah Kutai, namun belum menguat seperti layaknya kopi di wilayah Nusantara lainnya.

“Tugas kami tidak sebatas menjadikan kopi semacam gaya hidup kekinian, karena kopi itu memiliki hak merdeka dan kopi itu amat liberal, seperti layaknya orang-orang Prancis menikmati kopi sembari diskusi dan membahas banyak hal. Kopi itu milik orang miskin, milik para pekerja kasar, milik politisi, milik filsuf, bahkan kopi milik suami dan istri yang setia pada cintanya,” tegas Muhadi.

Terkait pendampingan kopi di Kukar, selain menguatkan jalinan komunikasi dengan para petani-petani lokal lainnya selain Pak Jilin. Dilakukan pula berbagai gerakan yang melibatkan mahasiswa-mahasiswi, komunitas-komunitas, pencinta seni dan budaya, anak-anak band, serta Dinas Perkebunan Kutai Kartanegara sebagai leading sektornya.

Plt Bupati Kutai Kartanegara Edy Subandi juga turut bangga atas apa yang dilakukan pihak Dinas Perkebunan yang menggandeng Barista seperti Muhadi Adhiyatma dengan kawan-kawan di Komunitas Moe Coffee & Tea, Jilin sebagai petani kopi lokal, dalam kegiatan pameran.

“Jelas kerja Dinas Perkebunan dalam menggarap komoditas-komoditas perkebunan harus diapresiasi dengan baik. Tinggal bagaimana pola-pola kerjasama dengan penggiat kopi dan petani lokal, dapat disupport lebih gencar lagi. Terlebih bagaimanapun juga Kukar merupakan daerah yang bertumpu pada pembangunan di sektor pertanian dan perkebunan, selain sektor pertambangan dan kehutanan,” jelas lelaki yang terkenal handal mengendari motor trail, sembari berkunjung ke desa-desa di Kukar ini.

Soal pertanian dan perkebunan merupakan pijakkan dasar Kabupaten Kutai Kartanegara selama ini, walaupun nilainnya mungkin dapat dikatakan masih jauh dibandingkan sektor pertambangan dalam menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun hari-hari kedepan sektor nomor sekian tersebut, akan menjadi andalan masyarakat Kukar dalam menggerakan dan menggerek tingkat kesejahteraan petani maupun masyarakat Kukar di pedalaman dan pesisir tentunya.

Monumen lainnya yang dapat dijadikan momentum dalam pengembangan sektor pertanian dan perkebunan, dapat dilihat pada tahun 2011 lalu. Ketika Kukar dijadikan lokasi Pelaksanaan Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA). Yang dikatakan oleh Menteri Pertanian RI Suswono pada saat itu, sebagai lokasi pelaksanaan termegah dan luar biasa. Sehingga kemegahan dan luar biasanya itu, jangan hanya menjadi sejarah masa lalu. Namun jadi penguat niat untuk membangkitkan komoditas-komoditas pertanian dan perkebunan, termasuk juga komoditas Kopi Robusta asli Tanah Kutai. (Wars)