WARTAKUTIM.CO.ID – Upaya mengembangkan peternakan ayam kampung di Kutim, nampaknya mengalami kendala yang cukup serius. Kendala tersebut terkait penyediaan bibit alias anakkan ayam kampung. Hal ini diakui oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sugiono, saat ditemui wartakutim.co.id. Walaupun potensi budidaya dan keuntungan budidaya ayam kampung lumayan tinggi, dibandingkan ayam pedaging dan ayam petelur, namun memperoleh anakkan ayam alias DOC (Day Old Chicken) usia 10 – 14 hari tidak tersedia dengan cepat.
“Jika ingin mengengembangkan secara besar-besaran, kita akan kesulitan. Mengingat satu-satunya pengembang DOC ayam kampung di Indonesia hanya ada di Bogor. Itupun harus berebut dengan daerah-daerah lain yang juga mengejar pentingnya prioritas bisnis dan permintaan ayam kampung di masing-masing daerah yang memang menggiurkan keuntungannya,” jelas Kadistanak Kutim ini.
Kalaupun ada peternak yang mengaku bisa mendapatkan DOC ayam kampung, nampaknya itu jelas-jelas bukan ayam kampung namun bibit ayam super. Dimana memang pada saat ini DOC ayam super dari Jawa Timur dan Jawa Tengah sedang gencar-gencarnya masuk ke Kalimantan Timur.
“Hasil budidaya ayam super inilah yang kini banyak dipasarkan di supermarket dan pasar tradisional, dengan disebut sebagai ayam kampung. Termasuk juga produk olahan ayam kampung yang banyak dijual di rumah-rumah makan di Sangatta dan sekitarnya,” jelas Sugiono.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim memang mengincar Kecamatan Bengalon untuk dapat menjadi pusat pengembangan dan pembibitan ayam kampung. Seperti diungkapkan oleh Kabid Peternakan, Mardi Suaibman. Potensi budidaya peternakan ayam kampung di Kutim jika dikembangkan akan sangat menjanjikan. Sebab hingga saat ini kebutuhan pasar untuk ayam kampung di Kutim juga sangat tinggi.
“Sentra peternakan ayam kampung yang berada di Kecamatan Bengalon, yang merupakan binaan PT Kaltim Prima Coal (KPC) masih belum mampu memenuhi kebutuhan pasar Kutim. Sehingga potensi ini jika mampu dikelola dan dikembangkan secara besar, tentu akan sangat menjanjikan keuntungan yang besar,” jelasnya.
Kedepan, jika hal ini mampu diseriusi, maka Kutim dapat menjadi sentra penyediaan DOC khusus wilayah Indonesia Timur. Namun memang dibutuhkan kerja keras semua pihak, untuk benar-benar mewujudkan hal itu. Apalagi dalam sebulan dibutuhkan lebih dari 2.000 ekor bibit ayam kampung untuk di Kutim saja. “Ini prospek bisnis peternakan yang harus disambut, kebutuhan di Kutim perbulan saja sebesar itu, apalagi jika mampu mengcover kebutuhan di wilayah Samarinda, Tenggarong, Kutai Barat, dan Balikpapan. Tentu peternak akan sangat diuntungkan, kini tinggal bagaimana peluang ini dapat diopmalkan,” terangnya lebih jauh. (Jura)