Ekonomi

1.500 Ha Sawah Jadi Perkebunan Sawit

395
×

1.500 Ha Sawah Jadi Perkebunan Sawit

Sebarkan artikel ini
">

WARTAKUTIM.COM | SANGATTA : Suksesnya mengaet investor perkebunan terutama kelapa sawit, berdampak langsung terhadap lahan pertanian. Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim, mengakui lahan pertanian yang tergrus untuk perkebunan kelapa sawit  mencapai 1.500 Ha.

Kadis Pertanian Kutim Syafruddin Ginting  bersama  Kasi Pendataan Lahan (PLH) Rasyit  mengungkapkan,  lahan sawah yang sudah beralih fungsi yang kesemuanya termasuk HGU perkebunan.

 “Semua termasuk HGU untuk perkebunan kelapa sawit bukan pertambangan,” terang Syarifuddin yang juga pernah bertugas pada Dinas Perkebunan Kutim.

Menghindari terus tergrusnya lahan persawahan ini menjadi  perkebunan, Distan Kutim akan mengusulkan Raperda tentang pengendalian lahan pertanian. Dengan Raperda anyar itu,  diharapkan   melindungi lahan persawahan agar tidak beralih fungsi.

“Jika tidak dikendalikan sejak awal, secara perlahan areal persawahan menjadi habis sehingga menganggu program swsembada beras yang setiap hari merupakan kebutuhan utama masyarakat,” beber pria yang biasa disapa Ginting.

Lebih jauh, Ginting menyebutkan, Dinas Pertanian dan Peternakan menargetkan pada 2015 Kutim bisa swasembada beras. Namun terget itu, menjadi tanggungjawab bersama untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tidak dengan mudah menjual lahannya pertaniannnya menjadi perkebunan atau kelapa sawit.

Mantan staf ahli Bupati Kutim ini mengakui, banyak pihak yang harus diajak untuk menyelamatkan lahan pertanian demi menyediakan ketersediaan pangan.

“Secara teknis pertanian memang tanggungjawab Dinas Pertanian, tapi soal keamanan lahan seperti sawah tentu banyak pihak terutama dalam pengendalian tata ruang,” bebernya.

Menyinggung kecamatan yang potensial pertanian terutama sawah yang sudah beralih fungsi, disebutkan di Kecamatan Long Mesangat dari 1.500 Ha yang tersisa 800 Ha, kemudian di Kongbeng dari 1.500 Ha yang digarap menjadi lahan perkebunan sudah 500 Ha. Sedangkan sejumlah daerah lainnya, rata-rata antara 100 sampai 200 Ha.

Menjawab pertanyaan wartawan terhadap beras yang beredar di Sangatta, ia mengakui sebagian besar dari Sulsel. Sedangkan, beras produk  asli Kutim tidak terlihat jelas karena  belum  Rice Processing Unit (RPU) seperti di Kukar.(din)