Warga Kutai Timur (Kutim) yang suka “jajan seks” sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kutim. Jika tidak akan berdampak luar biasa baik bagi diri sendiri maupun keluarga, pasalnya penyebaran HIV/AIDS di Kutim sudah sampai pedalaman bahkn Sandaran yang tergolong kecamatan terisolir.
Sekretaris KPA Kutim Harmadji Partodarsono, Kamis (7/11) siang, menerangkan dari 18 kecamatan di Kutim sudah 10 kecamatan terpapar HIV/AIDS yakni Sangatta Selatan, Sangatta Utara, Teluk Pandan, Bengalon, Kaliorang, Sangkulirang, Muara Wahau, Karangan dan Sangkulirang.
Sedangkan kecamatan yang belum terpapar yakni Muara Ancalong, Long Mesangat, Muara Bengkal, Telen, Busang, Kaubun dan Kongbeng serta Batu Ampar. Namun, Harmadji mengaku belum menjamin ke delapan kecamatan benar-benar belum terpapar virus mamatikan ini.
Dalam keterangan persnya, Kamis (7/11), Harmadji menyebutkan mereka yang diduga kuat terkena virus yang menggrus kekebalan tubuh ini berusia antara 21-40 yang tergolong usia produktif. Korban HIV tidak saja pria yang suka jajan seks bebas, tetapi sejumlah ibu dan balita. “Perempuan terutama ibu rumah tangga dan balita yang terkena HIV, tiada lain akibat pasangan hidup ibunya terkena HIV kemudian menular kepada anaknya,” sebut Harmardji.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dijelaskan Harmadji merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus. “Penderita HIV AIDS tidak dijamin i benar-benar bisa disembuhkan, karena obat yang paten belum ada,” jelasnya.
Terhadap banyaknya warga Kutim yang terkena HIV / AIDS, Harmadji mengaku tidak kaget karena mobilitas orang Kutim cukup tinggi disisi lain rata-rata berpenghasilan cukup karena banyak bekerja diperusahaan besar.
KPA Kutim selama ini sudah menyebarkan lebih tiga puluh ribu kondom ketempat-tempat rawan transaksi seks seperti Kampung Kajang, Tenda Biru Teluk Pandan serta THM-THM termasuk panti pijat. “Persoalannya apakah alat pengaman itu dipakai atau tidak sulit dibuktikan, padahal diberikan gratis,” ungkap Harmadji seraya menyebutkan disejumlah lokalisasi ada kader-kader yang bekerja khusus memberikan pengertian akan bahaya HIV/AIDS termasuk menyebarkan kondom kesemua wanita penghibur.(WK-01)