Secara umum cuaca di Kaltim tidak mengalami penyimpangan (anomali) jika dilihat dari pola hujan dan panas yang terjadi. Begitupun dengan dampak meletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur, tidak menyebabkan gelombang pasang yang menyebabkan terganggunya arus pelayaran abrang dan penumpang.
Demikian disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Balikpapan, Imam MAshudi saat diskusi terbatas di Bank Indonesia, Rabu (19/1).“Secara umum pola cuaca di Kaltim normal. Memang jika terjadi panas selama beberapa hari maka akan turun hujan dengan curah yang tinggi selama beberapa hari pula,” ujarnya.
Dijelaskannya, kota-kota yang menghadap laut Sulawesi secara umum tidak terpengaruh dengan cuaca secara nasional yang dipengaruhi oleh iklim rendah di pulau Maluku, Bali dan Australia.
Sehingga, cuaca di Kaltim cenderung mengikuti dua musim saja yaitu panas dan hujan. Saat ini, musim memang sudah memasuki musin hujan namun tetap diselingi oleh cuaca yang panas dan berawan.
Hal ini tentu berbeda dengan musim di beberapa pulau di Indonesia yang cenderung mengalami penyimpangan.
“Harusnya sudah memasuki musim hujan, ternyata di beberapa tempat masih panas,” ucapnya.
Imam juga menjelaskan bahwa di Kaltim pada Januari-Februari ini tidak Nampak titik api (hotspot) seperti di beberapa kota di Sumatera. Dirinya berharap, masyarakat dan perusahaan dapat menjaga kebun dan areal perusahaannya agar titik api tidak muncul.
“Secara umum juga di Kalimantan tidak terlihat titik api walaupun di beberapa wilayah rawan akan kebakaran hutan dan kebun,” ujarnya.(vb/yul)Sumber : vivaborneo.com