Sangatta,wartakutim.com – Meskipun pemerintahan Jokowi JK telah menurungkan harga bahan bakar minyak (BBM) sejak 1 Januari lalu, Namun hal tersebut tidak berdampak pada turun tarif angkutan kota (angkot) di Kota Sangatta, Kabupaten Kutai Timur. Tarif yang berlaku saat ini masih tarif lama pasca naiknya harga BBM
Ditemui Senin, (5/1) di kantor Setkab Kutim, Kabid Perhubungan Darat, Dinas Perhubungan Kutim, Ronny Bonar HS mengatakan, saat ini pihaknya masih belum merubah tarif angkutan umum di Sangatta, karena masih menunggu surat edaran dari Menteri Perhubungan RI.
“Saya konfirmasi ke daerah lain di Kaltim juga masih memberlakukan tarif lama,” ujar Ronny Bonar HS,kepada wartawan, Senin (5/1) siang.
Dia menyebutkan, saat ini angkotan kota di Kota Sangatta ada 60 angkot yang beroperasi, dan semuanya masih menggunakan tarif lama yang diputuskan pasca kenaikan harga BBM.
” Tarif lama itu berlaku pasca naiknya harga BBM,November 2014 lalu. Angkot yang melayani rute Sangatta Lama – Sangatta Baru, serta tujuan terminal, memberlakukan tarif Rp 5.200 per orang. Namun bagi pelajar dikenakan tarif Rp 3.000 per orang untuk lingkup kota Sangatta.”jelasnya.
Ronny menilai harga BBM sifatnya masih fluktuatif. Bisa saja dalam waktu dekat harga BBM kembali mengalami kenaikan. Alasan lainnya, selama ini telah terjadi subsidi silang antara masyarakat pengguna jasa transportasi umum dengan pengusaha angkutan.
Dia mengatakan, pada saat tarif angkot ditetapkan Rp 4.375 beberapa waktu lalu, masyarakat cenderung membayar Rp 4.000. Kalaupun ada yang membayar sampai Rp 5.000, jumlahnya tidak signifikan.
Lebih jauh dia mengatakan, pasca kenaikan harga BBM, dimana tarif angkot ditetapkan Rp 5.200. Tapi rata-rata masyarakat pengguna jasa hanya membayar Rp 5.000. Bahkan tarif pelajar yang naik dari Rp 2.500 menjadi Rp 3.000, juga kerap tidak dipatuhi. Mayoritas pelajar, kata Ronny, masih membayar tarif angkot di angka Rp 2.000. Meski begitu, para sopir bisa memaklumi hal ini.
“Nah itu pertimbangan kita. Kalau mau diturunkan lagi pasti angkanya jatuh antara Rp 4.900-5.000. Dan kecenderungannya masyarakat juga akan tetap membayar Rp 5.000,” paparnya
Ronny mengakui saat ini, dia sudah melakukan diskusi non formal bersama Organda terkait masalah ini. Namun pihak organda merasa keberatan jika tarif tersebut kembali diturunkan.
“Pasti mereka akan keberatan karena biasanya harga onderdil belum tentu turun. Jadi, penyesuaian ini butuh diskusi lebih lanjut,” terangnya.