SANGATTA, Wartakutim.com – Naik turun harga Bahan Bakar Minyak (BBM) selalu memantik pembicaraan segenap lapisan masyarakat di Indonesia. Keberadaan BBM telah berubah posisinya dari kebutuhan skunder pada tempo dulu, lantas naik menjadi kebutuhan primer di masa sekarang. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama BBM sebagai bahan bakar penggerak utama, berbagai alat produksi dan industri dewasa ini.
Ditengah lesunya harga minyak dunia, kebutuhan akan BBM tetap tinggi. Walaupun dalam kenyataannya negara kita tidak lagi berposisi sebagai pengekspor minyak dunia. Tetapi PT. Pertamina tetap dituntut untuk mempertahankan angka produksi minyak mentah. Sembari proses pencarian ladang-ladang minyak baru maupun pengembangan energi alternatif, terus dilakukan pemerintah. Hal ini dimaksudkan, agar dapat meminimalisir kebutuhan impor minyak dari negara lain untuk pemenuhan kebutuhan minyak mentah dalam negeri.
Lokasi pengeboran minyak dan gas bumi sendiri tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Bahkan secara kasat mata dapat dilihat oleh warga Kutai Timur, yang kerap kali melintasi kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) di Kecamatan Sangatta Selatan. Pompa-pompa minyak tua dapat dilihat jelas, saat warga hendak menuju objek wisata pantai Teluk Lombok. Mengingat area tersebut berdekatan dengan wilayah operasi PT. Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field berada.
Keberadaan perusahaan ini tidak dapat diacuhkan begitu saja. Mengingat operasional ladang minyak telah ada, sejak jaman Belanda masih berkuasa di Indonesia melalui Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Peralihan kekuasaanlah yang kemudian menggerakkan anak bumi putera melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, lantas kemudian salah-satunya menjadi PT. Pertamina. Bahkan keberadaan Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field sendiri, telah beroperasi sejak 1978. Sebelum Sangatta menjadi Ibukota Kabupaten Kutai Timur pada tahun 1999 lalu.
Walaupun demikian, sedikit sekali orang memahami bagaimana peranan serta proses industri hulu migas tersebut dapat memenuhi permintaan minyak mentah di Indonesia. Untuk itulah pada 1 November 2016 lalu, perusahaan plat merah tersebut mengundang rekan-rekan wartawan cetak dan elektronik. Dalam acara “Journalist Field Trip Kutai Timur”, yang dimaksudkan agar kegiatan operasi terkait rantai operasi produksi minyak dan gas dari dalam bumi dapat dipahami.
Acara dibuka langsung oleh Pjs. Manager PT. Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field Krisna Haryadi, yang memberikan penjelasan mengenai detail profil perusahaan hingga proses produksi yang dilakukan oleh industri hulu migas ini hingga kemudian proses akhir mengirim minyak mentah ke kilang minyak di Balikpapan. “Kita masih mempertahankan ladang-ladang minyak tua hingga sekarang. Hal ini merupakan keputusan yang diberlakukan oleh perusahaan, dalam rangka untuk berkontribusi dalam ketahanan energi nasional,” tegasnya.
Ladang-ladang minyak di Sangatta Selatan pada medio 70-an mampu menghasilkan minyak mentah hingga 8.600 barel. Namun kini, makin tahun produksi justru semakin menurun. Seperti yang diungkapkan Legal & Relation Assistant Manager PT. Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field yakni Ifni Hidayat bahwa produksi yang ada hanya 1.700 barel per harinya.
“Kami dituntut untuk tetap melaksanakan kegiatan eksplorasi pada ladang-ladang minyak tua yang ada di Sangatta. Hanya 47 sumur yang tetap jalan produksinya, dari total 203 sumur yang ada. Sebuah sumur dapat menghasilkan 22 barel fluida, namun dari itu hanya menghasilkan minyak mentah sebesar 3 barel dalam satu harinya,” jelas Ifni. Sembari menunjuk sumur ST 160, salah-satu tempat yang dikunjungi dalam field trip dengan wartawan.
Perjalanan Field Trip sendiri dimulai dari Wisma Putih dengan sesi pengenalan dasar, dasar saftey, serta tanya jawab. Lantas dilanjutkan dengan mengunjungi ladang alias sumur minyak aktif ST 160, melihat aktifitas Loading Terminal, kembali ke Wisma Putih untuk makan siang, terakhir para wartawan diajak ke lokasi kelompok kerajinan ukir Nengayetna binaan PT. Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field.
Sebuah pembelajaran menarik dalam rangka mendapatkan informasi tentang kegiatan operasional perusahaan, yang telah berlangsung lama di Kutai Timur. Selain melakukan aktifitas produksi, pihak perusahaan juga aktif dalam memberikan bantuan sosial. Baik itu pada bidang pendidikan, kesehatan, penghijauan lingkungan, serta sosial dan ekonomi di areal yang berada dekat dengan aktifitas produksi. Hal yang selaras dengan konsep pembangunan yang dilakukan oleh Pemkab Kutim, yakni dengan konsep program Gerakan Desa Mandiri dan Terpadu. (Nall)