WARTAKUTIM.CO.ID,SANGATTA – Boarding School yang dijalankan SMA 2 Sangatta Utara ternyata tidak sepenuhnya dipandang positif. Bahkan justru sebaliknya, karena terkesan lebih memanjakan siswa.
Karena hampir semua ditanggung pemerintah, mulai dari pakaian dicucikan hingga disetrika, makan disiapkan serta kebutuhan lainnya. Sedangkan kualitasnya, belum ada jaminan jika lebih baik dari sekolah umum yang tidak menerapkan sistem Boarding School.
Herlan Mappatiti Anggota Komisi D DPRD Kutim, mengaku secara pribadi tidak mendukung pola sekolah boarding school karena membuat siswa manja. “Seharusnya anak-anak itu didik mandiri,” katanya.
Menurut Politisi Partai Hanura ini, pola boarding school, sebagaimana di ajukan dalam proposal yang diserahkan ke DPRD, terlalu memanjakan siswanya. Pakaian dicucikan, disetrika, tinggal makan. semua ditanggung, padahal, kualitasnya belum tentu lebih dari SMA I.
“Sangatta Utara, sudah terbukti kualitasnya dan sudah jelas terukur. Untuk itu saya tidak sepakat dengan pola pendidikan seperti boarding school”. Ucapnya
Menurutnya, fakta membutikan kalau banyak orang yang awalnya kesulitan, justru berhasil. Karena itu, lebih baik pembelajaran itu dilaksanakan secara merata. Karena pola boarding school itu tidak adil, bagi siswa lainnya.
“Dari proposalnya meminta dana Rp8 mliar lebih. Saya pikir itu akan sulit dipenuhi, karena terlalu besar”. Tuturnya
Sebelumnya, Bupati Kutim mengakui kaget dengan anggaran SMA 2, yang menelan anggaran Rp20 juta per hari. Karena besarnya anggaran itu, maka Utang SMU yang berada di Jalan Soekarno-Hatta itu membengkak. Sementara kepastian pembiayaan dari provinsi pun belum jelas. Akibatnya, aktifitas siswa yang berada di sekolah unggulan tersebut terganggu. (ADV-DPRD KUTIM)