Perkara lebih jauh dan rumit selanjutnya, bukan pada saat melakukan beberapa pemangkasan alat-alat bawaan asli mobil bekas tersebut. Namun bagaimana mencari baterai, sebagai bahan utama energi mobil. Karena jika sebelumnya menggunakan bahan bakar fosil sebagai untuk menghasilkan energi gerak, maka kini benar-benar mengandalkan listrik. Sementara baterai sebagai penyimpan tenaga listrik, tidak mudah didapatkan.
Eko Prasetyo menceritakan proses ketika tim motrik mencari baterai. Dimana kebutuhan baterai untuk mobil listrik sebanyak 48 buah. Dengan total berat hampir mencapai 200 Kg, yang mana ternyata tidak mudah didapatkan di pasaran dalam negeri. Pencarian dilakukan di pabrik penyedia baterai skala kecil hingga skala besar, namun ternyata tak satupun baterai yang dicari ditemukan oleh tim.
“Tim keliling ke pabrikkan baterai dari Surabaya, Bandung, hingga Jakarta untuk mencari baterai. Bahkan hingga ke pabrikkan baterai konvesional terkenal di Indonesia, barang yang dicari tetap tidak ada. Titik terang akhirnya muncul, dengan perolehan informasi bahwa ada pabrikkan dari China yang khusus menyediakan baterai dengan tipe dan kegunaan yang dibutuhkan oleh tim Motrik. Kedepan jika kendaraan mobil listrik dan motor listrik di produksi secara massal, tentu produk baterai listrik akan mudah didapatkan. Anak-anak Indonesia bisa kok membuatnya, sekarang ini tidak ada karena sedikit yang membutuhkannya,” jelas Eko.
Anggaran yang disupport oleh PT KPC untuk tim Motrik, agar mendapatkan hasil terobosan inovasi energi seperti sekarang, berada pada angka Rp 300 juta. Yang pada tahun terakhir sebelum mobil dilaunching, tim Motrik telah melengkapi persyaratan administrasi dan penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk karya mereka.
Ditanya lebih jauh oleh Wartakutim.com, terkait perbandingan harga operasional penggunaan bahan bakar minyak dengan penggunaan energi listrik pada mobil Opel Blazer tersebut. Eko menyebutkan jika menggunakan bahan bakar jenis petramax, maka dikeluarkan nominal Rp 565 perkilometernya. Jika mobil listrik menggunakan harga standar PLN yang per-Kwh yakni Rp. 1.400, maka biaya yang dikeluarkan hanya sebesar Rp 267 perkilometernya.
“Selisih harga penggunaan energi listrik mencapai 45 persen lebih irit, dibandingkan penggunaan energi konvensional berupa bbm. Dengan tingkat kecepatan mobil sebesar 100 kilometer perjam, dengan ketahanan baterai hingga 4 jam,” terangnya lebih jauh.
Kerja cerdas dan kerja keras Tim Motrik PT Kaltim Prima Coal, akhirnya diganjar penghargaan Platinum di ajang Indonesia Corporate Social Responsibilty Award 2017 lalu. Sebuah penghargaan tertinggi untuk kerja CSR bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang diselenggarakan oleh CFCD dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN). Yakni sebuah lembaga yang berada dibawah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. (Nall)