SANGATTA – Terkahir kali kasus penyakit filariasis (kaki gajah, red) ditemukan di Kutim, tepatnya di Muara Bengkal. Sehingga dengan adanya temuan tersebut, maka seluruh masyarakat baik di pedalaman dan pesisir, diharapkan dapat mengikuti program minum obat kaki gajah secara massal yang dimulai sejak 1 Oktober 2019 lalu.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kutim dr Bahrani Hasanal mengungkapkan jika minum obat kaki gajah secara massal ini, dilakukan sejak awal bulan tadi. Kegiatan ini merupakan program di tahun terakhir, yakni tahun kelima sejak kegiatan ini dilakukan beberapa tahun lalu.
“Kita berharap ini merupakan kegiatan terakhir, alias tuntas secara menyeluruh. Karena jika ditemukan saja sekitar 1 persen saja pada daerah awal mula ditemukannya penyakit kaki gajah di Kutim. Jelas kita harus memulai ulang, pola pengobatan massal yakni minum obat kaki gajah selama dua tahun,” ungkap lelaki yang pernah menjabat sebagai Direktur RSUD Kudungga Sangatta.
Walaupun resiko tinggi terjadi di Muara Bengkal, namun nanti akan disurvei kembali termasuk survei acak pada kecamatan-kecamatan lain. Yakni minimal dibawah angka 1 persen, jika memang hal tersebut benar-benar sesuai diharapkan oleh Dinkes. Maka jelas Kutim dinyatakan bebas penyakit filariasis.
“Program ini merupakan program Kementerian Kesehatan alias pusat, dengan penanggungjawab utama untuk wilayah kecamatan adalah masing-masing Camat. Pihak Puskesmas sendiri merupakan penanggungjawab teknis dalam hal pengedropan obat ke lapangan,” tukas lelaki yang murah senyum ini. (Arso)