Berita PilihanKaltim

Krisis Pangan Dunia, Tantangan Nyata Untuk Dijawab Mahasiswa Agroteknologi Stiper

426
×

Krisis Pangan Dunia, Tantangan Nyata Untuk Dijawab Mahasiswa Agroteknologi Stiper

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa-mahasiswi Stiper Sangatta Program Studi Agroteknologi saat melakukan praktikum penanaman padi gunung di lahan tak potensial.

SANGATTA – Isu keamanan pangan dunia sejak puluhan tahun lalu selau didengung-dengungkan oleh para peneliti terkait pangan dunia. Mengingat pada masa sekarang selain perubahan iklim yang jadi persoalan tambahan, ancaman nyata yang jelas hadir didepan mata penduduk bumi. Mengingat Food and Agricultural Organization of the United Nations (FAO-UN) mempredisikan ditahun 2050 mendatang milyaran manusia di negara-negara afrika dan asia, akan tergantung pada pemenuhan kebutuhan pangan dasar ditengah-tengah anjloknya panen pangan dunia.

Beranjak dari perihal tersebut, wajar jika jurusan Argoteknologi menjadi salah-satu peluang yang mampu menghadikan solusi alternatif atas ancaman krisis pangan dunia. Mengingat ilmu ini memfokuskan diri pada pengolahan tanah hingga produksi tanaman, yang dibalut dengan penembangan sains dan teknologi serta rekayasa tanaman pangan.

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) Sangatta diantara salah-satu Program Studi (Prodi) yang ditawarkanya pada calon mahasiswa-mahasiswi, terdapat Prodi Argoteknologi. Yang dalam pantauan Wartakutim.co.id, memiliki peluang besar sebagai prodi favorit untuk membuka celah luang pekerjaan maupun menghasilkan tenaga ahli terkait penanganan revolusi pangan untuk mencegah krisis pangan dunia di masa mendatang.

Dosen Stiper Rudi, SP., MP mengatasi perihal itu, dalam salah-satu matakuliah yang ada di Prodi Agroteknologi Stiper memiliki praktek langsung mengenai cara bertani konvesional di lahan miskin unsur hara. Yang lokasinya bertempat di perkarangan yang ada di salah-satu wilayah kampus, dengan harapan mahasiswa-mahasiswi mampu berpraktek langsung mengenai cabang keilmuawan dibidang pertanian.

“Fenomena musim kering yang panjang pada tahun 2019 ini, cocok untuk mempraktekkan bagaimana solusi yang baik dalam menangani tanaman pangan ditengah musim panas dan tanah yang miskin unsur hara. Untuk bibit kami pilih padi gunung atau padi gogo seperti yang dikenal masyarakat, walaupun memang dalam studi kasusnya menggunakan tanah urukan, namun tetap ada pemberian unsur organik untuk membantu perbaikann unsur hara pada tanah,” jelasnya.