Gelar Pelatihan Bersama KPC, PSF dan Diknas Kutim
[huge_it_gallery id=”4″]Bengalon,wartakutim.com – Kolaborasi multipihak berjalan dengan baik di Bengalon, dalam rangka penajaman aplikasi kurikulum 2013 (K13). Kolaborasi itu menghadirkan kegiatan pelatihan tentang perubahan paradigma dan manajemen kelas, untuk para guru di SD 013 Bengalon, Kutai Timur.
Kegiatan tersebut hasil kerjasama antara PT Kaltim Prima Coal (KPC), Dinas Pendidikan Kutai Timur dan Putra Sampoerna Foundation (PSF). Kegiatan itu digelar selama tiga hari, sejak Selasa-Kamis (8-10/9), di SD 013 Bengalon, Kutai Timur.
Kepala SD 013 Permana Lestari mengatakan sejauh ini, sekolahnya telah menerapkan K13 dan hasilnya bagus untuk peserta didik. “Kami sudah menerapkan K13 dan hasilnya memang beda. Anak-anak kami terlihat lebih percaya diri dan kreatif,” ujar Permana.
Meski demikian diakui Permana, pemahaman dan penerapan K13 oleh para guru di sekolahnya, belum merata dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, pihaknya mengapresiasi dan menyambut antusias pelatihan paradigma dan manajemen kelas yang diprakarsai oleh KPC itu.
“Kami antusias mengikuti program pelatihan ini, sebab memang masih ada guru-guru kami yang menggunakan paradigma lama dalam proses belajar mengajar. Selain itu memang pemahaman kami tentang K13 belum terlalu sempurna. Itu makanya pelatihan ini bagus sekali dan sangat berguna,” ujar Permana.
Manajer Bengalon Community Relations and Development (BCRD) KPC Wawan Setiawan mengatakan, program pelatihan yang digelarnya tidak lain bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di wilayah Bengalon, terutama kampung Budaya Desa Keraitan.
“KPC ingin mendorong dan memastikan terjadi peningkatan kualitas pendidikan di Bengalon. Secara spesifik kami ingin menjadikan sekolah Filial SD 013 Desa Keraitan sebagai sekolah yang berbasis budaya. Semoga melalui pelatihan ini, kuliatas guru meningkat dan anak didik bisa berprestasi lebih baik,” ujar Wawan.
Wawan menambahkan, para siswa di Bengalon sebenarnya memiliki prestasi dan tidak kalah dengan sekolah-sekolah lain di wilayah Kutai Timur. Hal itu dibuktikan dengan tingkat kelulusan bagi peserta dalam program beasiswa KPC dan program pendidikan lain. Ia berharap, program pelatihan guru itu akan lebih memicu lagi peningkatan mutu pendidikan di wilayah tersebut. “Mudah-mudahan, pelatihan ini bisa mendorong peningkatan kualitas guru di sini, yang selanjutnya terjadi peningkatan kualitas siswa,” kata Wawan.
KPC menyadari, mengubah paradigma pembelajaran bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Karena itu, usai program pelatihan selama tiga hari ini, pihak fasilitator dari School Development Outreach, Putra Sampoerna Foundation, akan tetap mendampingi para guru selama tiga tahun kedepan.
“Usai pelatihan ini, kami akan tetap mendampingi para guru selama tiga tahun. Kami akan evaluasi setiap bulan untuk memastikan ada perubahan cara mengajar di kelas oleh para guru, yang menjadi peserta pelatihan ini,” kata Nathalie Cijntha Dianasari, Program Principal PSF.
Tentang alur pelatihan itu sendiri, menurut Nathalie, tahap pertama adalah bagaimana membangun paradigma guru dari pola ajar yang hanya satu arah menjadi dua arah. Dalam hal ini, siswa harus lebih banyak dilibatkan, dorong mereka untuk mencoba dan mempraktekan ilmunya serta membangun kesepakatan bersama sebagai panduan kedisiplinan.
Tahap berikutnya adalah pemetaan potensi siswa. Dalam hal ini menurut Nathalie, guru sebaiknnya mempunyai pemahaman dan pemikiran bahwa setiap anak itu berbeda tingkat penyerapannya terhadap pelajaran. Ada yang lebih gampang jika mendengarkan (auditorial), ada yang harus melihat langsung (visual) dan ada yang melalui gerakan (kinestetik).
“Kalau sudah ada pemetaan minat belajar siswa, maka guru musti bisa menyesuaikan diri dengan kelompok belajar tersebut, bukan anak yang harus menyesuaikan dengan guru,” ujar Nathalie.
Langkah berikutnya menurut Nathalie adalah adanya manajemen kelas. Yakni, bagaimana guru menghidupkan suasana belajar dan merangsang anak agar terlibat aktif serta antusias selama proses belajar bersama-sama di dalam kelas. Berikutnya, menciptakan kesepakatan kelas secara bersama-sama dengan siswa.
“Output yang diharapkan bahwa peserta didik mampu mengimplementasikan apa yang diajarkan dalam kurikulum 2013. Pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Anak-anak diharapkan lebih antusias karena ada perubahan dari sistem ajar gurunya. Target utamanya bahwa anak-anak bersuka cita dengan perubahan sikap gurunya, karena lebih menyenangkan,” tutup Nathalie.
Faukur Rosak, S.Ag, Kepala Seksi Pengendalian Mutu dan Ketenagakerjaan, Dinas Pendidikan Kutai Timur mengatakan, pelatihan dalam rangka perubahan paradigma mengajar guru itu sangat bagus. Sebab menurutnya, K13 menuntut perbaikan terus menerus dan kesungguhan para pendidik.
Pelatihan itu sendiri lanjut Rosak, sejalan dengan tujuan Diknas Kutim, yakni untuk mengangkat pendidikan di Kutai Timur agar sejajar dengan pendidikan di tempat lain. Untuk mencapai hal itu, menurut Rosak, tidak bisa berperan sendiri, namun perlu ada kerjasama semua stakeholder.
“Kalau kita menggunakan K13, mau tak mau memang harus ada pemantapan terus menerus dan harus ada evaluasi. Sebab K13 ini menuntut kreativitas, kesungguhan dan keikhlasan para guru. Untuk itu saya ucapkan terima kasih bantuan KPC yang mau bersama-sama pemerintah menciptakan anak-anak Kutai Timur yang unggul,” kata Rosak.(*)