
Sangatta,wartakutim.com — Turunnya jual harga batu bara serta minyak dan gas bumi di pasar internasional sangat berdampak terhadap penerimaan daerah. Hal tersebut juga sangat dirasakan Kabupten Kutai Timur. Sebagai daerah penghasil Batu bara, minyak dan gas bumi, APBD Kutim yang 90 persen bergantung pada dana perimbangan pusat diperkirakan akan mengalami defisit sekitar Rp. 400 milliar.
Demikian dikatakan Plt Sekda yang juga menjabat kepala dinas Pendapatan daerah (Dispenda) Kutim Ir. Hj Yulianti, saat ditemui sejumlah wartawan Senin lalu.
“waktu rapat setengah bulan yang lalu kita (Pemkab) dikatakan ada mengalami pengurangan dan kita diperkirakan mengalami defisit anggaran sekitar hampir Rp. 400 Milliar.
Dia menambahkan, turunnya penghasilan Kutim dari bagi hasil pusat dengan daerah diakibatkan turunnya nilai royalti dari batu bara USD 50 turun jadi USD 40 penjualannya.” Begitu juga sektor migas juga ikut turun,”kata perempuan yang akrab disapa Yuli ini.
Dengan adanya penurunan dana perimbangan dari pusat kata Yuli,sangat juga berdampak dengan belanja daerah.”Kemarin kemarin kita aman, tahun ini baru kena pengurangan,”terangnya.
Dia lebih lanjut mengakui penurunan pendapatan daerah tidak hanya terjadi disektor batu bara, minyak bumi dan gas termasuk penghasilan pajak dari pusat juga mengalam juga mengalami penurunan.”ada tiga komponen yang dari pusat mengalami penurunan selain petambangan, minyak bumi dan gas serta pajak bumi,”sebutnya.
Penurunan bagi hasil ini kata Yuli, tidak hanya dialami Kutim, hampir seluruh daerah di Indonesia mengalaminya, namun untuk di Kalimtan Timur, Kutim sangat kecil penurunannya jika dibandingkan daerah lainnya.”hampir daerah turun dana bagi hasilnya,”singkatnya