Wajo – Pemerintah Kabupaten Wajo terus menggenjot sektor pertanian. Pada APBD Pokok 2014, dialokasikan anggaran Rp8 miliar untuk subsidi pengadaan 1.000 traktor tangan bagi para petani.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Wajo, Andi Muslihin menuturkan bantuan traktor tangan tersebut merupakan hibah untuk masyarakat petani. Harga tiap traktor tangan senilai Rp23 juta per unit dan pemkab menyubsidi Rp8 juta untuk pengadaan traktor tersebut.
Andi Muslihin menceritakan, jika petani ingin memeroleh bantuan traktor tangan itu, harus membuka rekening dengan saldo minimal Rp15juta.
“Subsidi ini diperuntukkan agar membantu masyarakat petani kita yang kurang mampu dalam pengadaan traktor tangan,” bebernya, kemarin.
Selain itu, dia berharap dengan bantuan tersebut, mempercepat proses pengolahan lahan yang selama ini menjadi masalah karena keterbatasan alat mekanisasi itu.
Muslihin menyebut, traktor tangan di Kabupaten Wajo baru sekitar 6.000 unit. Sementara kebutuhan berkisar 16.000 unit. Keterbatasan alat traktor tadi, lanjutnya, membuat para petani harus bergantian menggunakannya dan itu memperlambat proses penggarapan sawah.
Berdasarkan hasil kesepakatan tim anggaran pemkab dan banggar legislatif dalam pembahasan KUA-PPAS, alokasi anggaran Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo senilai Rp14,3 miliar.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo, Putu Arthana menyatakan program utama Dinas Pertanian pada 2014 mendatang masih fokus pada pembangunan infrastruktur pertanian antara lain jalan tani, embung-embung, saluran irigasi tersier, mekanisasi berupa handtraktor, mesin tanam dan mesin panen.
Namun, khusus alokasi Rp8 miliar dari traktor tangan itu tidak masuk di keuangan Dinas Pertanian karena bentuknya subsidi. Proses administrasinya tetap di Dinas Pertanian dan Peternakan tetapi pencairannya di Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Wajo.
“Pengadaan traktor tangan sebagai salah satu upaya mengatasi kelangkaan tenaga kerja pertanian, karena tenaga pertanian selama ini cenderung semakin berkurang. Sehingga, memang sudah memerlukan mekanisasi, mulai pengolahan, menanam, sampai panen dengan menggunakan mesin,” jelas putu.