WARTAKUTIM.CO.ID,SANGATTA – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Yan Spd, menyampaikan pandangannya terkait sektor tambang batu bara di Kutim dan potensinya sebagai penyokong pendanaan Ibu Kota Negara (IKN). Yan Spd mengungkapkan bahwa pihaknya setuju jika tambang batu bara besar dari Kutim tidak dimasukkan dalam daftar penyokong pendanaan IKN ke depan. Alasannya adalah jangka waktu eksploitasi tambang batu bara yang terbatas.
Yan Spd mencontohkan kasus Kaltim Prima Coal (KPC), yang baru diperpanjang kontraknya selama 10 tahun. Setelah itu, mungkin bisa diperpanjang lagi 10 tahun. Namun, dia mengingatkan bahwa setelah 20 tahun ini, masih ada pertanyaan apakah masih ada deposit batu bara atau tidak. Dengan jangka waktu penggunaan batu bara yang diperkirakan hanya 30 tahun lagi, Yan Spd berpendapat bahwa tambang batu bara tidak perlu dijadikan sumber pendanaan jangka panjang untuk IKN.
Lebih lanjut, Yan Spd menjelaskan bahwa meskipun ada deposit batu bara, masyarakat di pedalaman lebih memilih menanam kelapa sawit karena dianggap lebih menjanjikan untuk jangka panjang. Aspek ekonomi menjadi salah satu pertimbangan utama, dan beberapa petani di pedalaman sudah memperoleh pendapatan yang cukup tinggi dari sektor kelapa sawit.
Dari sudut pandang lingkungan, Yan Spd juga menyebutkan bahwa lokasi tambang cenderung merusak lingkungan lebih besar dibandingkan dengan lokasi perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu, secara keseluruhan, Yan Spd menganggap sektor kelapa sawit lebih menjanjikan dari segi ekonomi dan lebih ramah lingkungan dibandingkan tambang batu bara.
Pernyataan Yan Spd mencerminkan sikapnya yang mempertimbangkan aspek ekonomi dan lingkungan dalam menilai potensi sektor-sektor ekonomi di Kutim. Dengan mengutamakan sektor yang lebih berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat, Yan Spd menyoroti pentingnya perencanaan pembangunan yang holistik dan berkelanjutan. (ADV)
