SANGATTA – “Negeri Tuan, yakni Indonesia. Merupakan negara superpower budaya”, ungkap Irina Bokova mantan pemimpin United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Abdul Malik Fadjar. Sehingga hal ini harus jadi kebanggaan utama masyarakat seluruh masyarakat Indonesia, mengingat hal ini diungkapkan oleh mantan salah-satu pemimpin diorganisasi sayap PBB.
Perihal inilah yang menjadi perhatian besar dari Direktur Jendral (Dirjen) Warisan dan Diplomasi Budaya Dr. Nadjamuddin Ramly, M.Si, untuk kemudian terlibat aktif dalam penelitian dan seminar-seminar mengenai kebudayaan. Termasuk Seminar Pelestarian Budaya Alat Musiq Sapeq yang diadakan di Ruang Meranti, Kantor Bupati Kutim pada Kamis (25/7) pagi.
“Ada dua warisan budaya, yakni Intangible cultural heritage dan Tangible cultural heritage. Terlebih Indonesia memiliki 34 Provinsi, 416 kabupaten, 98 kotamadya, 7.094 kecamatan, 8.480 kelurahan dan 74.957 desa. Itu belum jumlah suku sebesar 1.340 dan 719 bahasa daerah, memiliki tiga zona waktu dengan dua musim, yakni musim hujan dan kemarau” ungkapnya.
Alat musik Sapeq termasuk dari 819 harta benda budaya, yang sudah ditetapkan sebagai karya harta benda budaya Nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahkan mencatat ada 12.000 karya harta benda. Pada 2019 ini akan ada sekitar 200 hingga 250 benda budaya yang akan ditetapkan berupa Surat Keputusan oleh pihak Kementerian.
“Warisan Budaya Dunia dari Indonesia sudah ada 5, terakhir ditetapkan di Baku, Azerbaijan pada 6 Juli 2019 lalu, atau tempat dimana peristiwa banjirnya Nabi Nuh terjadi. Kelima warisan budaya dunia tersebut adalah Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Manusia Purba di Sangiran, Sistem Subak yakni sistem pengelolaan air di Bali, dan sistem pertambangan Batubara jaman kolonial Belanda di Sawah Lunto,” terang Nadjamuddin.
Untuk di Kutai Timur selain alat musik sapeq, keberadaan Goa Karts di Sangkulirang dapat menjadi salah-satu warisan budaya dunia baru. Jika memiliki perhatian pemerintah daerah dalam hal ini Pemkab Kutim, dengan kata lain ada pendanaan yang khusus dari pemerintah kabupaten untuk mengelolanya dengan serius.
“Goa Karst di Kutim dapat jadi warisan budaya dunia ke-6 dari Indonesia, asal ada pendanaan dan perhatian dari Pemkab Kutim. Untuk dikelola dengan apik dan cantik agar makin menarik minat wisatawan lokal dan asing, untuk berkunjung dan memanfaatkannya sebagai bagian dari wisata sejarah,” ungkap Dirjen Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini.
Sehingga baik itu Dinas Kebudayaan dan Pemkab Kutim harus proaktif untuk dapat mewujudkan perihal itu, sehingga pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Kaltim juga harus berkoordinasi dengan pihak-pihak tadi termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mempercepat terwujudnya harapan besar tersebut. “Saya minta BPCB untuk segera bertindak, ini perintah langsung dari saya sebagai Dirjen Warisan dan Diplomasi,” ungkap Nadjamuddin disambut tepuk tangan peserta seminar. (Arso)