Berita PilihanKecamatanRagam

Eliminasi Kasus Malaria, Dinkes Minta Perusahaan Perkebunan Bekerjasama

119
×

Eliminasi Kasus Malaria, Dinkes Minta Perusahaan Perkebunan Bekerjasama

Sebarkan artikel ini

SANGATTA – Meski terbilang kecil, namun hingga saat ini kasus penyakit malaria masih terjadi di Kutai Timur, terutama pada daerah-daerah yang masih melakukan pembukaan hutan sebagai lahan perkebunan. Karenanya, untuk mengeliminasi kasus penyakit malaria di Kutim, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim meminta kepada pihak perusahaan perkebunan untuk bisa bekerjasama dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit malaria, khususnya di kawasan perkebunan.

dr Bahrani Hasanal menyebutkan kegiatan eliminasi malaria saat ini merupakan salah satu program penting pemerintah Provinsi Kaltim. Pasalnya beberapa kabupaten di Kaltim, ternyata masih berstatus merah atau cukup tinggi dalam angka kasus penyakit malaria.

“Sementara untuk Kutim sendiri, saat ini berada di posisi status kuning atau angka temuan kasus malaria yang cukup rendah, namun tetap ada. Bahkan di tahun 2017 lalu, sebenarnya Kutim sudah pernah mendapatkan penghargaan sebagai kabupaten yang berhasil mengeliminasi malaria, namun kini ada temuan kembali karena pada beberapa kecamatan ada kegiatan pembukaan lahan perkebunan,” terangnya.

Lanjut Bahrani, sebagai upaya melakukan eliminasi malaria di Kutim, Dinkes Kutim kembali melakukan sosialisasi terkait upaya pencegahan dan penanganan kasus penyakit malaria. Mulai sosialisasi cara minum obat hingga penggunaan kelambu berinsektisida agar terhindar dari gigitan nyamuk malaria.

Tidak hanya kepada masyarakat, namun sosialisasi juga dilakukan kepada pelaku usaha perkebunan yang saat ini tengah giat-giatnya melakukan pembukaan hutan untuk perkebunan. Sebab, temuan kasus malaria di Kutim didominasi pada daerah-daerah yang saat ini tengah terjadi usaha pembukaan lahan perkebunan. Seperti Kecamatan Busang dan Sandaran.

“Kami menghimbau pada pihak pengusaha perkebunan untuk bisa berkoordinasi dengan Dinkes Kutim sebelum melakukan kegiatan pembukaan lahan perkebunan. Hal ini agar pihak Dinkes bisa melakukan sosialisasi sekaligus pencegahan, agar para pekerja perkebunan dan masyarakat sekitar area kebun bisa melakukan pencegahan dari tergigit nyamuk malaria,” terangnya lebih jauh. (Arso)