Spesialis Konservasi Spesies Terancam Punah Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Arif Rifqi mengatakan, selain sebagai sumber mata air, cadangan karbon di Beriun-Gergaji sebesar 16,14 giga ton CO2 dan dapat menyerap emisi karbon sebesar 342 kiloton CO2/tahun. Setidaknya terdapat 33 jenis mamalia seperti jenis orang utan dan owa kalimantan, 163 jenis burung, 85 jenis kupu-kupu, 44 jenis herpetofauna, 36 jenis kelelawar, dan 52 jenis tumbuhan yang hidup dalam kesatuan sistem ekologi yang memberikan jasa lingkungan bagi masyarakat di sekitarnya, seperti air bersih, udara bersih, potensi wisata dan lain sebagainya. Arif menambahkan bahwa kawasan ini juga memiliki tantangan pengelolaan yaitu kebakaran hutan, perambahan, perburuan liar, dan pemulihan ekosistem kritis,
Zaina menambahkan bahwa pengajuan peta indikatif KEE di Kalimantan Timur sudah melalui proses yang panjang, yang dimulai sejak 2019. Jadi apa yang akan dilakukan pada 2022, adalah tindak lanjut dari proses yang sudah dimulai tiga tahun sebelumnya dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk perwakilan dunia usaha. Manajer Senior YKAN Niel Makinuddin mengatakan perlu pengelolaan kolaboratif skala bentang alam, yang melibatkan para pihak yang berkepentingan di Beriun-Gergaji. Apalagi di wilayah ini terdapat aktivitas konsesi kehutanan, perkebunan, pengelolaan kawasan oleh pemerintah, aktivitas masyarakat lainnya. Salah satu perusahaan yang berada di kawasan Beriun-Gergaji yaitu PT Multi Kusuma Cemerlang (PT MKC) menyatakan siap mendukung pengelolaan kolaborasi. “Manajemen terbuka untuk mengeksplor area untuk KEE,” ujar perwakilan PT MKC Rohimanfur yang juga hadir dalam Lokakarya. PT MKC membutuhkan kolaborasi dengan pemerintah, dan para pihak lainnya, lantaran wilayah mereka memiliki tantangan yang kompleks terhadap konflik masyarakat, meskipun perambahan dan ilegal logging sudah berkurang drastis.