Advetorial

Pemkab Kutim Akan Siapkan Kongsep Sangatta Waterfront City

118
×

Pemkab Kutim Akan Siapkan Kongsep Sangatta Waterfront City

Sebarkan artikel ini
Bupati Kutai Timur

SANGATTA- Ibukota Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Sangatta menurut Bupati Ismunandar memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah kota modern. Orang nomor satu di Pemkab Kutim ini menyebut bahwa kedepan, pengembangan Kota Sangatta tidak hanya sebatas di daratan saja, melainkan juga di area perairan menjadi “Sangatta Waterfront City”.

Waterfront City adalah konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai, sungai ataupun danau. Pengertian “waterfront” dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan. Tentunya klasifikasi tersebut sudah dimiliki Kota Sangatta yang kini terbelah menjadi dua kecamatan yakni Sangatta Utara dan Sangatta Selatan.

“Kita jadikan Sangatta ini bukan hanya pembangunan di daratan saja, tetapi juga kota yang langsung berhadapan dengan laut,” kata Bupati di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

Ismu yang pernah menduduki sejumlah jabatan di bidang ke-PU-an diantaranya Kasi Pengujian Dinas PU Provinsi Kaltim, Kasi Perencanaan dan Program Dinas PU Kaltim, Kadis PU Pemkot Bontang, Asisten Administrasi Pembangunan Pemkot Bontang, Kadis PU Pemkab Kutim, serta Asisten Ekonomi Pembangunan Pemkab Kutim ini optimis visi tersebut dapat terwujud. Untuk merealisasikan program jangka panjang tersebut, dia mengaku saat ini tengah melakukan koordinasi dengan sejumlah perangkatnya demi mematangkan rencana dimaksud.

“Sekarang perencanaan saja dulu,” sebut Ismu yang juga mantan Sekretaris Kabupaten Kutim.

Perlu diketahui dari berbagai literature, konsep Waterfront City ini berawal dari pemikiran seorang ‘urban visioner’ Amerika yaitu James Rouse di tahun 1970-an. Saat itu, kota-kota bandar di Amerika mengalami proses pengkumuhan yang mengkhawatirkan. Kota Baltimore merupakan salah satunya. Karena itu penerapan visi James Rouse yang didukung oleh pemerintah setempat akhirnya mampu memulihkan kota dan memulihkan Baltimore dari resesi ekonomi yang dihadapinya. Dari kota inilah konsep pembangunan kota pantai/pesisir dilahirkan.

Waterfront City/Development juga dapat diartikan suatu proses dari hasil pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air. Bagian dari upaya pengembangan wilayah perkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air. Bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah perairan. Prinsip perancangan waterfront city adalah dasar-dasar penataan kota atau kawasan yang memasukan berbagai aspek pertimbangan dan komponen penataan untuk mencapai suatu perancangan kota atau kawasan yang baik.

“Manfaat Waterfront City adalah sebagai aset pariwisata daerah, tentunya sesuai dengan perencanaan program Pemerintah Republik Indonesia, yang ingin mengembangkan Indonesia sebagai basis perekonomian maritim dan Negara kepulauan terbaik di dunia,” jelas Ismu lagi.

Fungsi utama Waterfront city yaitu adanya kolam yang akan berfungsi sebagai retarding basin, yang akan meredam aliran banjir lokal sehingga berguna sebagai penampungan banjir sementara. Adapun dalam penerapannya, Waterfront City juga bermanfaat dalam mengatasi banjir di bantaran sungai. Dikarenakan dalam pengelolaan kota dengan konsep Waterfront City diperlukan pembangunan kanal, yang berfungsi untuk mengaliri air dari hulu sungai ke hilirnya di laut.

Selanjutnya memiliki fungsi pariwisata dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan perencanaan yang matang, kota dengan konsep Waterfront City tentunya akan mendatangkan keuntungan pariwisata bagi kotanya. Kota Waterfront City yang tersusun apik, rapih dan bersih tanpa melupakan keseimbangan ekosistem sekitar dapat memberikan hasil lebih bagi potensi wisata daerah. Makassar, Manado, Balikpapan, Palembang, Ambon, Jayapura, Batam, Surabaya serta Semarang adalah beberapa kota di Indonesia yang sudah memulai konsep pembangunan Waterfront City. (hms3)