Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kutai Timur, Abdul Manab saat ditemui wartakutim.co.id, menyebutkan bahwa “Menolak Lupa” itu ibarat mengingatkan dengan penuh rasa cinta pada daerah ini. Bahwa ada perihal-perihal yang harus dikerjakan dan dituntaskan dalam usia ke-19 Kutai Timur, agar saat memasuki usia ke-20 di tahun selanjutnya. Semua Pekerjaan Rumah (PR) dapat terselesaikan dan tidak boleh ditunda-tunda, karena ini tanggungjawab yang harus dipikul oleh Pemerintah Kabupaten.
Beberapa poin penting tersebut, sebaiknya segera dilakukan langkah kongkret agar kemudian membuat masyarakat makin mencintai daerah ini. Kutai Timur begitu luar biasa, jangan sampai hal-hal yang dianggap kecil pada saat ini kemudian diacuhkan begitu saja untuk dilimpahkan tanggung-jawabnya pada generasi mendatang. Lantas modal apa yang dimiliki generasi mendatang? Jika semua modal yang ada saat ini, tak dikelola dengan bijak.
“Selanjutnya bagaimana soal perbaikkan dunia pendidikan di Kutim, yang harus dipahami semua pihak, mengingat dunia pendidikan merupakan penghasil utama Sumber Daya Manusia di daerah ini. Persoalan kemudian belum dibayarnya gaji dosen-dosen STAI Sangatta juga merupakan problem yang harus ditangani dengan cepat. Mengingat ini bukan hanya soal perut seseorang yang tidak saja menanggung dirinya dan keluarga, namun berdampak pada ratusan mahasiswa-mahasiwi yang mendapatkan pengajaran dari dosen. Imbas yang kelihatannya sederhana, namun perlahan merusak kualitas dan kuantitas pengajaran,” jelasnya.
Lebih jauh Abdul Manab berharap, agar Kutim dapat lebih maju dan lebih baik kedepannya, langkahnya dimulai dari mana? Yakni dari sektor pendidikan, karena itu kunci utama untuk menjadikan Kutim bangkit dengan penuh kewibawaan sebagai daerah yang tidak saja kaya akan Sumber Daya Alam-nya, namun kaya akan pemuda-pemudi terpelajar serta berguna bagi daerah ini. (Jura)