WARTAKUTIM.COM, Bengalon – Kepala Desa Keraitan Jumansyah, berulang kali mengungkapkan kecemasan akan hilangnya budaya Dayak Basap, warisan leluhurnya. Interaksi sukunya dengan masyarakat lain, ditambah akses informasi dan tayangan televisi yang mudah bagi masyarakat Dayak Basap, menjadi momok yang menakutkan bagi kelangsungan budaya asli mereka.
Atas kegelisahan itulah, Jumansyah bersama dengan masyarakat Dayak Basap lainnya, pada beberapa tahun lalu, mencetuskan kampung budaya di Desa Keraitan. Sebagai kampung budaya, Desa Keraitan terus berbenah diri. Berbagai tradisi dilestarikan seperti upacara adat, kerajinan khas, motif ukiran kayu, siklus berkebun dan tradisi lainnya dikembangkan.
Bersamaan dengan semangat itu, PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang peduli terhadap pelestarian budaya lokal, ikut mewadahi semangat masyarakat melalui program pemukiman Dusun Segading yang lebih baik (Segading Resettlement), Desa Keraitan. Caranya dengan membangun balai adat, mendukung berbagai acara adat, mendampingi pengrajin ukiran dan kerajian, serta mendorong terbentuknya sekolah berbasis budaya di SD Filial 013 Segading.
Untuk pendampingan sekolah berbasis budaya, KPC menggandeng Putra Sampoerna Foundation. Lembaga itu memiliki pengalaman dalam pendampingan sekolah berbasis budaya di sejumlah daerah di tanah air. Dalam program ini, KPC dan Sapoerna Foundation menggali dan mengembangkan tradisi dan nilai budaya yang dianut oleh suku Dayak Basap, untuk diajarkan di sekolah.