Meski masih mengandalkan sumur-sumur tua, Pertamina EP Field Sangatta menjelang akhir tahun mampu melampaui target produksi sebesar 481.114 barel atau 1.318 barel perhari. Hingga pekan pertama Desember 2013, minyak mentah yang disedot mencapai 121 persen.
Manager Field Sangatta Abdul Muhar, Kamis (19/12) menerangkan, awalnya jajarannya sempat pesimis pencapaian target produksi pasalnya sumur yang digunkan masih sumur lama yang potensinya berkurang.
Didampingi Nanang Elektra, disebutkan, produksi pada 2012 mencapai 113,4 persen sehingga ditargetkan 1.318 barel perhari pada tahun 2013. “Selama tahun dua ribu tiga belas tidak melakukan pengeboran baru di kecuali hanya memanfaatkan sumur eksisting yang ada,” ujar Abdul Muhar mengaku, tahun ini target produksi untuk Field Sangatta sebesar 481.114 barel pertahun dengan rata-rata produksi 1.318 barel per hari. “Tahun ini kami tidak melakukan pengeboran baru, selain itu rata-rata produksi terakhir mengalami penurunan,” kata Abdul Muhar.
Disebutkan, pada 2012 lalu target produksi Pertamina EP Field Sangatta sebesar 601.970 barel atau rata-rata produksi 1.645 barel perhari. Meskipun lapangan Sangatta merupakan lapangan tua peninggalan Belanda, kenyataannya tetap memproduksi minyak melebihi dari target produksi yaitu 682.882 barel atau rata-rata produksi 1.866 barel per hari.
“Pencapaian ini kami peroleh di pertengahan tahun dua ribu dua belas, karena adanya peningkatan produksi dari beberapa sumur namun menjelang akhir tahun kapasitasnya mengalami penurunan,” jelasnya.
Lebih jauh, Abdul Muhar, menyebutkan Pertamina EP Field Sangatta tetap berupaya meningkatkan produksi di 2013 minimal bisa melampaui target yang telah ditetapkan Pertamina EP pusat. “Dari dua ratus sumur hanya delapan puluh sumur yang masih aktif beroperasi, termasuk sumur Tapah,” jelas Abdul Muhar.
Sumur minyak di areal Sangatta ditemukan tahun 1902 lalu oleh Muller dan lrich, dua ahli geologi dari Belanda, kemudian pada 1939 baru dilakukan pengoboran sedalam 1.348 meter . Namun pada tahun 1952 operasi dihentikan karena dinilai tidak ekonomis, namun pada 1972 oleh Pertamina dilakukan perbaikan 6 sumur eks pengeboran perusahaan Belanda dan berhasil diproduksi pada 1972.(WK-03/Imran)