Berita Pilihan

Tim Kedaruratan Bekerja Karena Kemanusiaan

157
×

Tim Kedaruratan Bekerja Karena Kemanusiaan

Sebarkan artikel ini
">
Ivan : Ketika Banjir Bertemu Buaya dan Ular
Ivan : Ketika Banjir Bertemu Buaya dan Ular

Wartakutim.com | Sangatta ; Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik dan Peralatan (KDL) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim Syafranuddin, berkeinginan jajarannya terus meningkatkan kemampuan dalam penanganan kedaruratan di setiap terjadi bencana alam, namun terbentur ketersediaan dana.

Kepada sejumlah wartawan, Rabu (2/10) disebutkan pengalokasian dana untuk bidangnya terbilang minim sehingga sulit untuk peningkatan kualitas personil tanggap darurat serta penyediaan bantuan kepada korban bencana alam.

“Sudah dua kali terjadi kebakaran, kami tidak bisa memberikan bantuan apapun kepada korban meski dalam SOP yang ada selayaknya korban kebakaran sudah mendapat bantuan tahap pertama berupa sandang dan pangan,” ungkap Syafranuddin.

Terhadap personilnya yang berjumlah 16 orang, ia mengakui belum mempunyai keahlian memadai terutama jika terjadi bencana skala besar seperti banjir bandang, tanah longsor serta tsunami.

“Secara pribadi saya sangat miris dengan keadaan ini, karena tim-tim yang kerap terjun saat terjadi bencana tidak mempunyai pengalaman yang memadai semuanya karena panggilan tugas dan rasa kemanusian,” bebernya.

Sebagai penanggungjawab utama di lapangan ketika terjadi bencana, pria yang disapa Ivan ini, berkeinginan timnya bisa survival dalam menghadapi segala tantangan ketika melaksanakan tugas membantu korban bencana alam.

“Saya ingin, tim lapangan itu bisa mengatasi jika berhadapan dengan buaya atau ular, binatang berbahaya ini kerap muncul ketika terjadi banjir di Sangatta,” sebut Ivan.

Selain lemahnya kualitas SDM, Ivan menambahkan peralatan juga belum maksimal baik untuk setiap individual tim kedaruratan maupun lainnya. Ia menyebutkan, sebagai sarana komunikasi disebutkan baru ada 3 unit sementara tim lapangan berjumlah 16 orang demikian dengan sepatu, topi serta pelampung safety.

“Bagaimana bisa maksimal bekerja, kalau petugas tidak aman saat bekerja,” bebernya.

Menyinggung anggaran, ia menyebutkan untuk tahun 2012 kebanyakan diarahkan untuk sosialisasi sementara biaya operasional lapangan ketika bencana tidak tersedia. Meski demikian, beberapa bencana mereka tetap bertugas diantaranya banjir di Muara Bengkal, Batu Ampar, Telen, kebakaran di Bengalon, Warga diterkam Buaya Bengalon, serta sederet banjir lainnya termasuk ikut mengamankan peserta workshop internasional pelestarian orang utan ketika menelusuri Sungai Sangatta.

Sedangkan untuk tahun 2014 mendatang mendapat pagu anggaran Rp390 juta, yang jauh lebih kecil jika digunakan untuk penyediaan logistik sandang dan pangan.

“Idealnya, petugas kedaruratan setiap pekan paling tidak berlatih dan terus mengenal peralatannya, kemudian melakukan pemeliharaan alat kedaruratan berikut peningkatan fisik jika ada waktu luang,” imbuhnya.

Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB, ketersediaan logistik sandang  dan pangan setiap daerah minimal 1 persen dari jumlah penduduk. Untuk Kutim, sebutnya untuk memenuhi 0,1 persen saja diperlukan dana minimal Rp850 juta.

“Semoga saja tidak ada bencana besar termasuk konflik sosial,  tapi sekarang saja di gudang kami sama sekali tidak ada lagi stock baik sandang maupun pangan,“ sebut Ivan.(wk-02/Imran)